Alow agan-agan salam garuda didadaku ^.^ ada info terbaru nih game 2 dimensi hot lainnya yaitu Wonderking Online dan tetep always selalu ini game luar bukan game indo. Game ini g kalah seru dengan game RPG yg ane recomend sebelumnya yaitu Digimon Battle Online.Sekilas game wonderking ini seperti Ghost Online or something else kind like that tapi kelebihannya wah luar biasa dengan keterbatasan 2 Dimensi Wonderking mampu menyajikan fitur, grafik beserta efek 3 Dimensi hmmm…ane yakin agan-agan mangap kl dah nyoba ini game 😀 dan buat agan-agan yg suka dengan petualangan extrim game ini paling tepat dengan quest dan map nya yg segudang alias seabrek2 agan-agan g usah takut bosen main ini game, mungkin selama ini “game” yg agan mainnin stuck di lv up and pvp saja tp disini agan akan selalu disibukan dengan quest2 yg sangat menantang adrenalin jd g usah takut bosen and BT ^.^

beberapa fasilitas / keindahan yg agan dapatkan di game ini antara lain :

1. Quest yg tdk ada habisnya dan map sejagad raya 😀 mantab,,,

2. Sistem trading dan jualan dalam 1 tempat Open Market dengan sistem lelang ( bisa di tinggal/offline ) dan buka toko ( hrs ditunggu/ online ) 😀 mantab kan( sistem ini tdk ada di game yg ane recomend sebelumnya yaitu DBO ~.~” cape deh )

3. Guild and Party ( sama seperti game yg lain namun di dlm party player bisa menghasilkan uang/zed loh ^.^( mata uang wonderking ) lumayan buat menyambung hidup.

4. Crafting ( Seru abis g kan ada matinya armor, weapon, supply,alchemist )dijamin klenger ~.~”

5. PVP ( Personal and Guild ) manyus,,,,,

6. BOSSing ( karena banyak quest & map banyak pula pilihan BOSS monster, pilih yg dropannya manteb yak akakakakak 😀 )

7. JOB CLASS ( secara garis besar game ini menyajikan 4 Job standar antara lain Swordman, Thief, Mage, and Scout  namun dari Job dasar ini bisa terlahir dewa – dewa perang yg tdk terbayangkan dengan skill dan Equip menakjubkan dan mematikan dibandingkan dengan game lain enjoy it ^.^ )

8. Spesifikasi Com ( Jng takut agan-agan game ini bisa dimainkan dengan Com yg standar kok, for Ex: Ram 512 pentium 4 tp kl bisa up lg y biar lebih Ajib mainna Ok,,,, )

Sorry ane g bisa memberikan penjelasan lebih rinci tentang game ini and seperti biasa ane kasih linkna aj yaw :

http://wonderking.ndoorsgames.com/center/default.asp

Segera Download Gamenya dan mainkan, untuk info game detail wisp aj nick char ane ALGOJO server Windus Guild Genei_Ryodan Alliancy Guild [W]onder[K]ing ok ditunggu y ^.^


Seperti yg dah ane sampaikan sebelumnya Genei_Ryodan Guild yg ane dirikan agan-agan guild ini jg punya alliancy namanya Guild [W]onder[K]ing, jadi kl udah install ni game langsung main aj masuk server windus yah langsung wisp/message aj tuh Nick ane ALGOJO ntr ane invite jarak jauh tuk join guild ok!

Ane ada beberapa action dari char yg ane punya selamat menikmati imagena y ^.^ :

Nah seperti biasa nih gan ane jg punya lapak jualan di game ini jika berminat bisa langsung contact ane yaw ^.^

::: TOKO WONDERKING ONLINE :::

1. Gcoin (Item Mall) 1000 Gcoin = Rp 150.000 ( All server )

2. Equipment ( Pesanan/Jika stock ada ) = Rp ( Harga bervariasi – Server Windus Only )

>>> Ready Stock <<<<

1. Marv Uniq Set


Cara pemesanan/pembelian dapat langsung menghubungi ane di line tlp yg tersedia :

Hp 0856 179 4725

Cara pembayaran melalui transfer, dan bisa jg melalui pulsa IM3 sesuai dng kebutuhan dan sikon :

Bank : BCA

Rek : 6070 400 985

Atas Nama : Wira Gusti Perdana

:DThx yah di tunggu charnya untuk join Guild and ditunggu jg orderan Gcoins nya

Posted by: Wira Gusti Perdana | September 8, 2010

GAME RPG HOT DIGIMON BATTLE ONLINE & ANTYLA SHOP ITEM ( CREST & EGG )

Alow salam Indonesia tercinta tetep semangat kan he3,,,

btw buat kalian2 yg selalu semangat and punya hobi main game online nih ane punya saran salah satu game online yg mungkin bisa menarik perhatian kalian.Nama gamena adalah digimon battle online.

Ni game g perlu spec com yg berat2 kok pentium 4 RAM 512 aj bisa main ini ^.^ so kalian g perlu pergi ke warnet khusus game asal ada koneksi minimal 512 wuih langsung tancab aj ni game ^.< !

Pertama ane jatuh cinta sama ni game krn ni game bikin ane inget lg sama jaman kecil dl ane coz dl ane paling suka banget nonton ni film gokil dah pokona walaupun RPG 2D fiturna g kalah ko sama game 3D oh iy buat tambahan info dikit dr ane ni game server luar negri pastina pake bahasa global so englishna minimal passive yah ( jiaaa kaya mo ngelamar kerja ^.^ ) and buat para cheater yg sering main game online tp g mau susah alias no fighting spirit( he3,,,dalem yak?^,…,^ ) dilarang keras main game ini coz ni game khusus buat para art pecinta game just for fun jd buat para cheater w jamin g bakal kuat main game ini muahahahah,,,,coz mang g da cheatna dah kapok w main game online server indo g tahan sama cheatna ikh najis dah :p so buat para pecinta art game online yg selalu bermain jujur khususna yg dulu jatuh cinta sama film digimon dengan berbagai macam evolutionna yg bikin mata melotot( yaelah sok berat bngt nih kata2 w ~.~” ) ane saranin ni game tob abis silahkan coba.

sorry ane g bisa jelasin semuana di sini tp ane kasih linkna nih ke webna mudah2 an nyambung yak kl mo info lbih lanjut or butuh guide bisa contact ane kok ^.^

ni info buat char ane buat tambahan reverensi kawan2 ^.^

Nick         : GARUDA212

server     : Antyla

Digimon : Three Lord Digimon ( Julukan dr ane sendiri buat 3 digi terCOOL ane punya 😀 kreatif kan he3…)

yg d atas ini adalah 3 digi yg lg ane pake skrng buat lv up gmn gagah2 kan ( jiaaa apa sih :p ).Btw tu kan gambar editan niatna ntr ane jg mau kasih kalian screenshoot char asli ane d DBO.g pke tanggung2 ntr ane ksi tau smua tntang char n digi2 ane sekaligus evolution and skillna tp sabar masih dlm proses input data (ea,,kaya kerja d bagian administrasi input2an #@%) rugi kl kalian g liat so jng smp klewatan update web ane y d cek trs tiap hr ok 😀 !

> ini dia link webna silahkan coba yaw good luck tetep semangat <

http://digimonbattle.wemade.net/guide/guide_about.asp

::: kL dah buat ID masuk Server antyla yah langsung aj wisp nick ane tu GARUDA212 kl da yg bingung d gamena ntr ane guide smp kalian ngerti ok 😀 !

::: ANTYLA SHOP ITEM ( CREST, EGG & ACC ) :::

*PEMBAYARAN DAPAT DALAM BENTUK PULSA IM3 / VIA BANK BCA*

*JANGAN KHAWATIR DIJAMIN AMAN JAKSEL-DEPOK BISA KETEMUAN*

Order > Just In Time ( Dpt langsung di pesan melalui contact via sms ) :

1. CREST COC/COH+4 = Rp 25.000

2. EGG DOM+4               = Rp 20.000

Ready Stock ( Barang Sudah siap Trade ) :

1. COH+7            = Rp 200.000/Buah

2. COH+8            = Rp 400.000/Buah

2. COH+5           = Rp 50.000/buah

3. DOM+6          = Rp 100.000/buah

4. Set Accecoris DEX+7     = Rp 100.000/set

5. Char Nick GARUDA212 Rp 800.000 ( Full Equip ) kecuali chest +7 & +8, sudah termasuk 5 Digi(agux 94, SS 94, Megi 95, Digi net catch 52, Mutant 42 )+ Red Set Topi, Baju, Celana, Sepatu.

::: BERMINAT HUB. LEBIH LANJUT DI 0856 179 4725 ::: PEMBAYARAN TRANSFER MELALUI REK. BCA :::

::: JABODETABEK BISA KETEMUAN ::: TERIMA KASIH :::

GO ANTYLA SALAM GARUDA212 ^.^ !!!

Posted by: Wira Gusti Perdana | April 12, 2010

Contoh Perhitungan Bunga Anuitas

Anuitas

Jumlah angsuran yang kita bayar kepada pihak pemberi kredit tidak berubah selama jangka waktu yang telah ditetapkan sebelumnya. Akan tetapi walaupun komposisi besarnya angsuran pokok dengan angsuran bunga akan berbeda setiap bulannya. Tetapi mengahasilkan jumlah total angsuran yang sama setiap bulannya, dimana angsuran pokok akan semakin besar sedangkan angsuran bunga akan semakin mengecil.

Rumus yang digunakan untuk mengetahui besarnya angsuran perbulan sbb :

i = Suku bunga

m = Jumlah periode pembayaran

Contoh Perhitungan :

Bank A memberikan kredit sebesar Rp 12.000.000,- selama 3 tahun (36 bulan ) dengan suku bunga 15% pertahun. Berapa jumlah yang diangsur tiap bulan oleh pihak penerima kredit, dan beri detail angsuran pokok dan bunga.

Dari rumus diatas maka didapatkan:

Maka didapatkan besar angsuran yang harus dibayar setiap bulan

Rp. 415.983,94

Analisa tabelnya sebagai berikut :

Cara mendapatkan Angsuran bunga :

Bunga = Saldo terakhir x i/12

= 12.000.000,- x 15%/12

= 150.000,-

Jadi pada angsuran awal untuk bunga = 150.000,-

Sedangkan untuk angsuran dari angsuran pokok :

angsuran pokok  = angsuran total – angsuran bunga

= 415.983,94 – 150.000

= 265.983,94

jadi angsuran pokok awal  265.983,94

Posted by: Wira Gusti Perdana | April 10, 2010

Bedah Strategi Manajemen PT. Indosat Tbk

1. PENDAHULUAN

Seiring dengan semakin derasnya arus globalisasi, yang didalamnya dituntut adanya pertukaran informasi yang semakin cepat antar daerah dan negara, membuat peranan telekomunikasi menjadi sangat penting. Telekomunikasi sebagai wahana bagi pertukaran informasi akan semakin memperhatikan aspek kualitas jasa. Selain itu perkembangan di bidang dunia informasi saat ini begitu cepat, baik dilihat dari isi maupun teknologi yang digunakan untuk menyampaikan informasi.

Masyarakat dunia informasi menyadari hal tersebut sehingga mereka berupaya keras menciptakan infrastruktur yang mampu menyalurkan informasi secara cepat, artinya mereka sangat membutuhkan jaringan telekomunikasi yang memiliki kualifikasi sebagai information superhighway. Hal tersebut di atas telah menimbulkan suatu kondisi persaingan yang sangat ketat di antara perusahaan-perusahaan telekomunikasi, yang tingkat persaingannya tidak lagi domestik, tetapi bersifat internasional. Sehingga untuk dapat memenangkan persaingan tersebut, tentu diperlukan suatu strategi yang tepat dan penerapan yang baik. Dalam hal ini, kami mencoba menganalisis Indosat sebagai salah satu perusahaan telekomunikasi di Indonesia yang menyediakan jasa telekomunikasi internasional, sebagai bahan studi.

Dengan pertimbangan, Indosat dikenal sebagai perusahaan yang mempunyai kinerja yang cukup baik dan terbukti dengan penghargaan Asia Money Awards 1996 ( Best Managed Company : Best Investor Relations, Best Strategy, and Management), SWA Best CEO Awards 1997, ISO 9002 Certification 1997, dan beberapa penghargaan lainnya.  Dalam paparan ini akan dicoba dibahas mengenai profil, misi, visi, filosofi, posisi keuangan, kondisi lingkungan , dan strategi perusahaan, terutama yang menyangkut kondisi terkini yang sedang di alami perusahaan dalam krisis ekonomi yang melanda Indonesia.

1.1 Sejarah Perusahaan

PT. Indonesian Satellite Corporation (Indosat) didirikan pada tahun 1967 sebagai anak perusahaan yang dimiliki secara penuh oleh International Telephone and Telegraph Corporation (ITT). Tahun 1969, Indosat memulai operasi komersialnya dan telah menjadi penyedia utama jasa telekomunikasi internasional di Indonesia, menghubungkan Indonesia secara langsung ke hampir 252 negara dan tujuan di seluruh dunia. Bisnis utama Indosat adalah menyediakan jasa switched dan non-switched telekomunikasi internasional. Indosat ditugaskan pemerintah Indonesia untuk membangun, mentransfer, dan mengoperasikan selama 20 tahun sebuah stasiun bumi Intelsat di Indonesia untuk mengakses penggunaan kapasitas Intelsat di satelit Indian Ocean Region (IOR). Tahun 1980, ITT menjual Indosat kepada pemerintah Indonesia. Setelah transfer, Indosat menjadi Badan Usaha Milik Negara dalam bentuk Perseroan Terbatas, dan menjadi satu-satunya penyedia jasa telekomunikasi internasional di Indonesia. Pada waktu itu, Pemerintah Indonesia mentransfer kepemilikan fasilitas Indosat kepada Indosat. Tahun 1982, dalam rangka memisahkan secara efektif jaringan telekomunikasi domestik dan internasional, seluruh kepemilikan Perumtel pada kabel bawah laut internasional dan gerbang serta operator internasionalnya di Jakarta ditransfer ke Indosat dan Indosat mentransfer aset tertentu yang berhubungan dengan telekomunikasi domestik ke Perumtel. Pada bulan Oktober 1994, Indosat menyelesaikan initial global public offering saham-sahamnya. Saham-saham tersebut diperdagangkan baik di Bursa Efek Jakarta maupun New York Stock Exchange.

2. Misi, Visi, dan Filosofi Perusahaan

2.1 Misi Perusahaan

Setelah Pemerintah Indonesia mengambil alih kepemilikan seratus persen saham PT. Indosat dari the American Cable and Television Corporation (ITT/ACR) pada tanggal 31 Desember 1980, kemudian dirumuskanlah misi baru Indosat pada tahun 1981, yang didasarkan pada suatu pandangan untuk mentransformasikan Indosat menjadi Badan Usaha Milik Negara yang bersih dan sukses.

Indosat mendefinisikan misi perusahaan tersebut sebagai berikut:

  • Menyediakan jasa terbaik pada konsumen
  • Memberikan hasil terbaik kepada pemegang saham
  • Mempertahankan dan meningkatkan citra terbaik perusahaan

2.2 Visi Perusahaan

Saat Indosat akan go public ke bursa saham dunia pada tahun 1994, dilakukan redefinisi visi perusahaan untuk menyesuaikan diri dengan trend global dalam sektor telekomunikasi dan memperhitungkan strategi dari perusahaan telekomunikasi kelas dunia.

Indosat mendefinisikan tujuan yang hendak diraih yang tertuang dalam visi perusahaan sebagai berikut:

  • Mempertahankan kepemimpinan pasar dalam jasa telekomunikasi internasional di Indonesia
    Dengan masuknya pemain baru seiring berakhirnya monopoli sebagai penyedia jasa telekomunikasi internasional, Indosat harus berjuang untuk memimpin pasar dengan: 1) mempertahankan pangsa pasar dominan, dan 2) menyediakan jasa yang terbaik, baik dalam kualitas dan jangkauan produk dan jasa.
  • Memperkuat posisinya sebagai perusahaan telekomunikasi berkelas dunia
    Adanya kecendrungan di sektor telekomunikasi menuju swastanisasi perusahaan negara dan dibukanya pasar dunia, yang mengakibatkan masuknya pemain asing dalam industri domestik, menuntut Indosat untuk dapat bersaing dengan perusahaan multinasional. Dengan strategi untuk memasuki pasar global diharapkan dapat: 1) meningkatkan nilai perusahaan melalui ekspansi bisnis , dan 2) meningkatkan citra perusahaan yang memperkuat posisinya di Indonesia.
  • Menjadi pemain global dalam industri telekomunikasi dunia
    Dalam rangka mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar dan menjadi pemain global, Indosat menaikkan standard sesuai dengan standard yang digunakan oleh perusahaan telekomunikasi multinasional, sebagai operator telekomunikasi global.

2.3. Filosofi Perusahaan

Perkembangan jasa telekomunikasi internasional di Indonesia yang cepat, seiring pertumbuhan permintaan pada jasa dan jangkauan jasa telekomunikasi, menuntut dipenuhinya kepuasan pelanggan sebagai kunci sukses dalam era kompetisi. Untuk memenuhi hal tersebut, Indosat menerapkan suatu filosofi yang dikenal dengan “Kami Lebih Peduli” atau lebih populer dengan “We Care More”.


3. ANALISA EKSTERNAL PERUSAHAAN

3.1.Lingkungan Umum / Remote Environment

Lingkungan ini adalah suatu tingkatan dalam lingkungan eksternal organisasi yang menyusun faktor-faktor yang memiliki ruang lingkup luas dan faktor-faktor tersebut pada dasarnya di luar dan terlepas dari operasi perusahaan.

  1. Faktor Ekonomi
    Krisis moneter yang kemudian disusul dengan tejadinya krisis ekonomi telah membuat terpuruknya perekonomian Indonesia. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar secara drastis dan fluktuatif, banyak menyulitkan perusahaan-perusahaan di Indonesia, yang terutama diakibatkan pinjaman luar negeri yang besar. Hancurnya sektor keuangan khususnya perbankan dan tingkat suku bunga yang sangat tinggi mencapai 70% telah membuat dunia usaha kesulitan untuk mendapatkan kredit yang memadai untuk mengembangkan usahanya. Krisis ini diperburuk dengan terjadinya krisis kepercayaan, yang mengakibatkan terjadinya penolakan letter of credit oleh pihak luar negeri. Kontraksi ekonomi yang diperkirakan mencapai 13% ditahun 1998 ini, inflasi yang tinggi (menurut data BPS dalam periode Januari-September 1998 inflasi telah mencapai 75%), banyaknya PHK, dan pada gilirannya memperbesar jumlah penduduk miskin. Dengan turunnya pendapatan riel masyarakat maka daya beli masyarakat melemah. Semua masalah diatas sangat menyulitkan bagi dunia usaha di Indonesia saat ini.
  1. Faktor Sosial
    Kemajuan ekonomi yang pernah terjadi selama periode 1969-1996, telah banyak merubah keadaan sosial di Indonesia. Jasa telekomunikasi pada saat ini telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat, baik untuk dunia usaha maupun di luar dunia usaha. Keberhasilan program Keluarga Berencana juga telah merubah keadaan demografi Indonesia. Jumlah penduduk usia produktif akan terus meningkat, yang tentunya akan semakin banyak memerlukan jasa telekomunikasi dalam kegiatannya . Hal-hal diatas merupakan peluang bagi perusahaan-perusahaan penyedia jasa telekomunikasi.
  1. Faktor Politik
    Keadaan politik dalam negeri yang masih belum stabil pada saat ini, sedikit-banyak cukup mempengaruhi kegiatan ekonomi nasional. Disusunnya beberapa Undang-Undang, seperti: UU Kepailitan, yang berpengaruh pada perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan; dan UU Persaingan Sehat, untuk bisnis yang bersih, yang ditujukan untuk menghapus praktek monopoli atau pun kartel. Khusus untuk jasa telekomunikasi internasional, pemerintah tetap memberikan komitmen untuk mempertahankan duopoli Indosat-Satelindo hingga tahun 2003. Dengan akan berakhirnya duopoli tersebut, maka diperlukan kesiapan dalam menghadapi munculnya pendatang baru.
  1. Faktor Teknologi
    Teknologi telekomunikasi merupakan teknologi yang cepat berkembang, seiring dengan berkembangnya industri elektronika dan komputer. Trend teknologi telekomunikasi ini semakin ke arah teknologi digital, semakin besar kapasitas, semakin sederhana perangkatnya, perluasan daya jangkau, keamanan dan privacy lebih baik, personalitas dan penambahan fasilitas yang lain. Evolusi teknologi telekomunikasi saat ini mempunyai kecenderungan untuk beralih via radio, optik atau satelit.
  1. Faktor Ekologi
    Pada saat ini dunia bisnis semakin dituntut tanggung-jawabnya terhadap lingkungan. Industri telekomunikasi telah mencoba membuat produk yang ramah lingkungan, dan bagi sektor jasa telekomunikasi relatif tidak menghasilkan limbah sama sekali.

3.2. Lingkungan Industri

Lingkungan industri adalah tingkatan dari lingkungan eksternal organisasi yang menghasilkan komponen-komponen yang secara normal memiliki implikasi yang relatif lebih spesifik dan langsung terhadap operasionalisasi perusahaan.

Menurut Michael Porter dalam bukunya Competitive Strategy, keadaan persaingan dalam suatu industri tergantung lima kekuatan persaingan pokok, yaitu:

1.  Ancaman Masuknya Pendatang Baru
Bisnis pertelekomunikasian merupakan bisnis yang dinamik, menarik, multi aspek,dan pelopor dalam ekspansi global. Di sisi lain pelbagai bukti empirik secara tak langsung telah membuktikan bahwa sektor telekomunikasi merupakan sektor bisnis yang paling diminati oleh perusahaan multi nasional dalam kerangka ekspansi dan globalisasinya Ini terjadi baik dalam rangka swastanisasi maupun dalam konteks aliansi strategis antar pelaku di negara maju maupun dalam ekspansi ke negara berkembang. Berdasarkan kebijakan pemerintah struktur pasar jasa telekomunikasi sudah diatur sedemikian rupa sehingga perusahaan-perusahaan yang akan masuk dalam industri ini akan mengalami kesulitan.
Modal yang dibutuhkan untuk memasuki industri ini sangat besar, mengingat mahalnya teknologi yang digunakan dan biaya pembangunan jaringan yang luas. Sehingga yang dapat masuk ke industri ini adalah pengusaha-pengusaha bermodal besar ataupun perusahaan-perusahaan raksasa yang telah mapan.
Jadi dengan kondisi tersebut di atas, maka kecil kemungkinannya pendatang baru untuk dapat memasuki industri ini, karena banyaknya barrier to entry, yang sengaja dibuat agar tidak meruntuhkan pemain yang sudah ada.

2.  Kekuatan tawar-menawar pembeli
Jumlah pelanggan telekomunikasi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, yang pada akhir Pelita VIII (2009) diproyeksikan mencapai 21 juta saluran telepon dengan rasio 9 per seratus orang. Kalau dibandingkan misalnya padatahun 1996 Swedia (tertinggi dunia) sudah mencapai 68 per seratus orang, dan hongkong 54 per seratus orang.
Pelanggan di Indonesia pada umumnya tidak mempunyai daya tawar yang cukup kuat terhadap jasa telekomunikasi dasar ataupun jasa sambungan langsung internasional, karena tidak punya pilihan sarana telekomunikasi. Dan untuk jasa sambungan bergerak, pelanggan memang cukup banyak pilihan , tetapi hanya terbatas pada pilihan tertentu dan kurang bisa memuaskan pelayanan atas jasanya.
Jadi melihat hal di atas jelas potensi pasar jasa telekomunikasi cukup besar dan meningkat dari tahun ke tahun , apalagi di Indonesia banyak potensi pelanggan yang belum digarap.

3.  Kekuatan tawar-menawar pemasok
Industri telekomunikasi banyak memakai kabel serat optik, tidak saja untuk jaringan darat, tapi juga di laut. Dengan kemajuan teknologi yang sudah sedemikian pesat, jaringan kabel lama (tembaga) sudah tidak memadai lagi baik untuk mengakomodasi data maupun informasi. Sebenarnya produsen kabel serat optik dalam negeri telah mampu memasok kebutuhan nasional. Namun demikian, hampir sekitar 90% kebutuhan kabel serat optik dalam negeri masih diimpor dari luar negeri, sehingga bergantung pada produsen luar negeri. Kondisi daya tawar perusahaan telekomunikasi Indonesia tidak terlalu lemah, karena pemasoknya terdiri dari banyak perusahaan. Akan tetapi jika terjadi fluktuasi dan pelemahan nilai tukar mata uang dalam negeri, hal ini yang menjadi bumerang terhadap perusahaan.

4.  Ancaman dari barang atau jasa pengganti
Telekomunikasi merupakan wahana yang menghubungkan manusia satu dengan manusia lainnya melalui berbagai media telekomunikasi. Sesuai dengan fungsinya tersebut maka jika kita identifikasikan ada beberapa jasa pengganti yang dapat mengambil alih fungsi tersebut dari jasa telekomunikasi, misalnya: jasa transportasi, jasa pos, jasa pers, dan internet. Dari beberapa macam jasa pengganti, berdasarkan kelebihan dan kelemahannya, maka kecendrungan pelanggan akan tetap menggunakan jasa telekomunikasi dalam hal kecepatan dan kemudahan berkomunikasi.

5.  Persaingan di antara perusahaan yang ada
Kondisi persaingan industri telekomunikasi Indonesia dipengaruhi oleh aturan mengenai struktur dan bentuk kerjasama antara perusahaan swasta dan BUMN, sesuai dengan UU No 3/1989, adalah sebagai berikut: Perusahaan swasta dapat menyelenggarakan jasa telekomunikasi dasar melalui kerjasama patungan, kerjasama operasi, dan kontrak manajemen dengan PT Telkom dan PT Indosat.

3.3. Lingkungan Operasi

Lingkungan ini meliputi faktor-faktor pada situasi kompetitif yang mempengaruhi sukses perusahaan dalam mendapatkan sumber daya atau dalam keuntungan pemasaran barang dan jasa perusahaan.

  1. Posisi Kompetitif
    Posisi kompetitif Indosat cukup kuat, sebagai pemimpin pasar, dan hanya menghadapi satu pesaing pada bisnis telekomunikasi internasional yaitu Satelindo. Selain itu juga didukung rangkaian produk dan jasa yang luas, kapasitas dan produktivitas yang memadai, periklanan, dan yang cukup penting citra perusahaan.
  2. Profil Pelanggan
    Pelanggan dari Indosat meliputi rumah tangga dan kalangan bisnis. Dalam hal ini pemakai utama dari telekomunikasi internasional adalah kalangan bisnis, yang banyak digunakan untuk keperluan usaha. Terpuruknya perekonomian Indonesia yang banyak memacetkan sejumlah besar bisnis, mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan volume pemakaian telekomunikasi internasional.
  3. Pemasok
    Peralatan-peralatan yang digunakan untuk pengadaan telekomunikasi internasional, merupakan peralatan yang bermuatan teknologi tinggi. Sehingga, sebagian besar peralatan tersebut didatangkan melalui pemasok luar negeri. Walaupun posisi daya tawar Indosat cukup kuat, mengingat culup banyaknya jumlah pemasok, namun penurunan nilai tukar Rupiah sangat mempengaruhi besarnya dana yang diperlukan untuk mendatangkan peralatan tersebut. Namun, pendapatan Indosat yang sebagian besar dalam bentuk Dollar, seperti pendapatan incoming call, cukup membantu.
  4. Kreditor
    Dilihat dari struktur kredit-modal, terlihat bahwa Indosat mempunyai struktur yang berimbang, atau antara modal dan kredit jumlahnya sama. Dalam hal ini, mengingat kemampuan Indosat dalam menghasilkan keuntungan maupun asset yang dimilikinya, tidaklah terlampau sulit bagi indosat untuk mendapatkan pinjaman dari kreditor pada jumlah yang memadai.
  5. Sumber Daya Manusia
    Indosat mempunyai SDM yang cukup baik, 40% komposisinya berpendidikan S-1 ke atas. Selain itu didukung dengan program pelatihan berjenjang sesuai posisinya untuk meningkatkan keahlian.

4. ANALISA STRATEGI PERUSAHAAN

4.1. Analisa SWOT

  1. Strength:
    Kekuatan Indosat antara lain terdapat pada: hak duopoli yang dimilikinya, pengalaman mengelola bisnis telekomunikasi internasional, kekuatan manajemen dan budaya perusahaan, rangkaian produk dan jasa yang luas, teknologi yang mutakhir pada peralatannya, kualitas produk dan jasa, serta citra perusahaan yang baik.
  2. Weakness:
    Kelemahan Indosat antara lain terdapat pada: kurangnya kebiasaan bersaing secara ketat akibat kenikmatan hak duopoli yang dimilikinya, rentannya likuiditas perusahaan akibat besarnya kewajiban yang dimilikinya, dan diversifikasi yang berlebihan seperti pada perusahaan anak dan afiliasi yang kurang menguntungkan.
  3. Oppurtunities:
    Peluang bagi Indosat antara lain: besarnya pasar domestik yang belum tergarap, perluasan usaha baru yang melingkupi bisnis inti yang cukup menguntungkan, dan bisnis telekomunikasi global yang cukup menjanjikan.
  4. Threat:
    Ancaman bagi Indosat antara lain: masuknya pendatang baru terutama dari luar negeri sehubungan akan berakhirnya hak duopoli, kompetisi global yang memasuki pasar domestik, dan krisis ekonomi yang melanda Indonesia.

4.2. Grand Strategy

Adaptasi pada perubahan lingkungan yang cepat dalam telekomunikasi telah menjadi critical factor bagi Indosat. Peningkatan kompetisi, perubahan teknologi, dan aliansi strategi global , di antara kesemuanya, sedang membentuk pasar telekomunikasi yang akan datang.

Dalam menanggapi tantangan-tantangan baru tersebut Indosat telah membangun cetak biru pertumbuhan, dikenal sebagai Grand Strategy Indosat 2000:

  • Jasa Telekomunikasi Internasional Dasar akan tetap menjadi core business Indosat
  • Peranan regional dan internasional yang telah meningkat sejak 1994
  • Jasa selular dan sistem satelit bergerak saat ini sedang diperluas melalui perusahaan selular lokal dan konsorsium internasional
  • Jasa bernilai-tambah yang meliputi telekomunikasi pada saat ini, integrasi sistem dan informasi multimedia dan hiburan yang melengkapi dan menambah nilai dari jasa core Indosat

4.3. Growth Strategy

Indosat berusaha mempertahankan keberadaannya sebagai pemimpin pasar untuk jasa telekomunikasi internasional di Indonesia, memposisikan dirinya sebagai perusahaan telekomunikasi berkelas-dunia, dan menjadi pemain global dalam industri telekomunikasi dunia. Hal ini dicapai melalui Strategi Bisnis “1-plus-3″ yang mencoba:

“1″ Membangun jasa telekomunikasi internasional melingkupi central core business
Lalu-lintas telekomunikasi internasional Indosat di transmisikan melalui satelit internasional, sistem kabel bawah laut, dan sambungan gelombang mikro, yang kesemuanya menggunakan teknologi digital mutakhir termasuk protokol multimedia canggih. Indosat mengoperasikan empat gerbang internasional di Jakarta, Surabaya, Medan, dan Batam dimana lalu-lintas melewati dari Indonesia ke seluruh dunia, dan sebaliknya. Setelah membangun akses ke satelit yang cukup melalui sembilan stasiun bumi di empat lokasi gerbang melintang Indonesia, Indosat pada saat ini memperluas aksesnya ke kabel serat optik digital bawah laut dengan bergabung ke konsorsium kabel regional dan dunia. Ini semua adalah bagian dari program perluasan yang didesain untuk meningkatkan kapasitas, memperbaiki kualitas, dan menyediakan jasa baru untuk memenuhi perubahan permintaan konsumen.

  1. Partisipasi dalam pembangunan infrastruktur telekomunikasi domestik
    Indosat memandang investasinya pada infrastruktur telekomunikasi domestik selain sebagai alat untuk memperluas pasar jasa telekomunikasi internasional, juga sebagai sumber pendapatan baru untuk perusahaan. Dua ventura utama Indosat pada lapangan ini adalah PT Mitra Global Telekomunikasi Indonesia sebagai pemegang lisensi operator telekomunikasi di daerah Jawa Tengah, PT Pramindo Ikat Nisantara di Sumatra, dan PT Telekomunikasi Selular Indonesia (Telkomsel), perusahaan join-ventura jasa GSM selular bergerak.
  2. Meningkatkan peranannya dalam telekomunikasi regional dan internasional
    Indosat memulai proyek internasional, melibatkan join-ventura dengan mendasarkan sebagaimana membangun carriers telekomunikasi internasional. Tujuan utamanya adalah meningkatkan lalu-lintas internasional melalui gerbang perusahaan, memperoleh pendapatan langsung dari proyek dan mendapatkan tambahan keahlian dari pembukaan internasional. Sampai sekarang, Indosat terikat dengan berbagai proyek telekomunikasi termasuk join-ventura dengan entitas telekomunikasi yang bersangkutan dari Kamboja dan Kazakstan dan investasi ekuitas pada jasa selular berbasis PHS di Jepang sebagaimana di USA Global Link dan Alphanet Telecom Inc. Keduanya adalah pemain utama carrier telekomunkasi. Sebagai tambahan, Indosat telah bergabung dengan aliansi internasional seperti Concert and World Partners dan telah ditunjuk sebagai gerbang bagi Sistem Bergerak Global Inmarsat, SAN ICO melayani kawasan Asia Tenggara.
  3. Mengambil diversifikasi terbatas pada bisnis komplementer
    Indosat juga mencoba untuk mendiversifikasi pada daerah di mana keahlian perusahaan dalam telekomunikasi dapat dipergunakan untuk mengoptimumkan efek seperti pada jasa bernilai tambah yang melengkapi bisnis core perusahaan. Jasa –jasa ini tersedia melalui perusahaan anak dan pada saat ini meliputi beberapa jasa pertukaran data elektronik, bank elektronik, multimedia , dan internet

Dengan strategi perusahaan “1+3″, Indosat akan menjadi perusahaan yang merupakan “penyedia jasa penuh” dan “pemimpin bisnis multimedia”.

4.4. Analisa Strategi Bisnis Indosat Menghadapi Krisis Ekonomi

Sehubungan dengan krisis ekonomi yang melanda Indonesia, Indosat mengalami masa yang sulit sejak awal 1998 ketika Rupiah terdepresiasi secara drastis. Banyak bisnis di Indonesia yang mengalami kemacetan karena kondisi makro ekonomi, instabilitas politik, dan gejolak sosial. Dilengkapi dengan krisis moneter, situasi ini mempengaruhi pertumbuhan permintaan jasa telekomunikasi internasional di Indonesia. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pertumbuhan volume lalu-lintas lebih lambat, yang memaksa Indosat untuk : lebih berhati-hati dalam kegiatan operasi dan manajemen arus kas terutama mata uang asing, sehubungan komitmen investasi yang jatuh waktu.

Namun demikian tampaknya krisis ekonomi tersebut tidak menurunkan keuntungan Indosat, melainkan menurunkan pertumbuhannya saja. Selama Januari hingga September 1998, incoming dan outgoing calls menigkat masing-masing 4,1% dan 10,3% dari periode sebelumnya. Pertumbuhan yang lamban dari incoming traffic disebabkan turunnya kegiatan bisnis internasional sebagai bagian dari situasi nilai tukar rupiah dan instabilitas politik, menyusul kerusuhan Mei di Jakarta. Indosat masih memproyeksikan pertumbuhan positif lalu-lintas telepon. Pendapatan operasi meningkat 45,6% sedangkan beban operasi meningkat 33%.

Sebagai strategi bisnis dalam menghadapi krisis ekonomi ini, Indosat menerapkan kebijakan, antara lain:

  • Selalu mencari cara yang paling ekonomis menurunkan beban pembelanjaan pada mata uang asing
    Indosat mengurangi biaya sirkuit dengan menggunakan lebih banyak sirkuit kabel bawah laut ketimbang satelit, yang pada saat ini mencapai 74% dari total bandwith.
  • Melakukan kebijakan konservatif menyangkut situasi krisis ekonomi Indonesia
    Pengalokasian hutang tak tertagih yang cukup besar, meningkat 88,4% dari tahun sebelumnya.
  • Menerapkan kebijakan likuiditas yang berhati-hati
    Biaya telekomunikasi dan beban perawatan meningkat sebagai dampak melemahnya Rupiah. Namun dalam hal ini pertumbuhan beban operasi diupayakan lebih rendah dari pendapatan operasi, serta meningkatkan profit margin.
  • Melindungi fundamental dasar Indosat dari pengaruh kinerja negatif anak perusahaan
    Untuk menghindari dampak dari kinerja negatif anak perusahaan, maka dilakukan program restrukturisasi diversifikasi bisnis, yang akan memperbaiki posisi keuangan perusahaan dalam jangka pendek dan sesuai dengan strategi jangka panjang.

Dilihat dari hasil-hasil yang dicapai pada kuartal ketiga seperti yang disebutkan di atas, sejauh ini Indosat cukup tepat dalam memilih strategi bisnis maupun penerapannya guna menghadapi krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada saat ini, yang tentunya harus sesuai dengan strategi jangka panjang Indosat seperti yang tertuang dalam Grand Strategy dan Growth Strategy untuk mewujudkan Indosat sebagai perusahaan yang merupakan “penyedia jasa penuh” dan “pemimpin bisnis multimedia”.

5. Kesimpulan

Setelah menganalisis data-data dan informasi sebelumnya, maka bisa ditarik beberapa kesimpulan mengenai manajemen strategi Indosat, yaitu:

  1. Strategi yang tepat diperlukan dalam menghadapi persaingan yang sangat ketat dalam industri telekomunikasi, yang tingkat persaingannya tidak lagi domestik, tetapi bersifat internasional.
  2. Indosat mempunyai kinerja yang cukup baik dalam menghasilkan keuntungan, namun mempunyai posisi yang rentan menyangkut likuiditasnya.
  3. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia mempunyai dampak yang cukup dirasakan oleh Indosat, walaupun tidak mempengaruhi kenaikan pendapatan namun mengalami penurunan.

Indosat cukup tepat dalam memilih strategi bisnis menghadapi krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada saat ini, yang sesuai dengan strategi jangka panjang Indosat seperti yang tertuang dalam Grand Strategy dan Growth Strategy untuk mewujudkan Indosat sebagai perusahaan yang merupakan “penyedia jasa penuh” dan “pemimpin bisnis multimedia”.

Sumber :

Ardiansya, Samantha. “Persaingan Gaet Pelanggan Makin Ketat,” Bisnis Indonesia, 1997
Certo, Samuel C dan Paul J.Peter. Strategic Management,Concept and Applications. Richard D.Irwin, New Jersey, 1995
Nurkholis. “Posisi Industri Telekomunikasi Menjelang Perdagangan bebas,” Republika, 1997
Purnomo, Hari Setiawan dan Zulkiflimansyah. Manajemen Strategi : Sebuah Konsep Pengantar. Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta, 1996
Pearce, John A II dan Richard B.Robinson Jr. Strategic Management: Formulation, Implementation, and Control. Richard D.Irwin, New Jersey, 1997
Situs Web Indoexchange. http://www.indoexchange.com, 1998
Situs Web PT Indosat. http://www.indosat.co.id, 1998
Situs Web PT Telkom. http://www.telkom.co.id, 1998
Winarno, Bondan. Creating Value in a State Owned Company: a Case Study of PT Indosat. Inspirasi Indonesia, Jakarta, 1997

Posted by: Wira Gusti Perdana | March 22, 2010

Lima kekuatan Persaingan PT INDOSAT Menurut Michael Porter

Menurut Michael Porter dalam bukunya Competitive Strategy, keadaan persaingan dalam suatu industri tergantung lima kekuatan persaingan pokok, yaitu:

1. Ancaman Masuknya Pendatang Baru
Bisnis pertelekomunikasian merupakan bisnis yang dinamik, menarik, multi aspek,dan pelopor dalam ekspansi global. Di sisi lain pelbagai bukti empirik secara tak langsung telah membuktikan bahwa sektor telekomunikasi merupakan sektor bisnis yang paling diminati oleh perusahaan multi nasional dalam kerangka ekspansi dan globalisasinya Ini terjadi baik dalam rangka swastanisasi maupun dalam konteks aliansi strategis antar pelaku di negara maju maupun dalam ekspansi ke negara berkembang. Berdasarkan kebijakan pemerintah struktur pasar jasa telekomunikasi sudah diatur sedemikian rupa sehingga perusahaan-perusahaan yang akan masuk dalam industri ini akan mengalami kesulitan.
Modal yang dibutuhkan untuk memasuki industri ini sangat besar, mengingat mahalnya teknologi yang digunakan dan biaya pembangunan jaringan yang luas. Sehingga yang dapat masuk ke industri ini adalah pengusaha-pengusaha bermodal besar ataupun perusahaan-perusahaan raksasa yang telah mapan.
Jadi dengan kondisi tersebut di atas, maka kecil kemungkinannya pendatang baru untuk dapat memasuki industri ini, karena banyaknya barrier to entry, yang sengaja dibuat agar tidak meruntuhkan pemain yang sudah ada.

2. Kekuatan tawar-menawar pembeli
Jumlah pelanggan telekomunikasi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, yang pada akhir Pelita VIII (2009) diproyeksikan mencapai 21 juta saluran telepon dengan rasio 9 per seratus orang. Kalau dibandingkan misalnya padatahun 1996 Swedia (tertinggi dunia) sudah mencapai 68 per seratus orang, dan hongkong 54 per seratus orang.
Pelanggan di Indonesia pada umumnya tidak mempunyai daya tawar yang cukup kuat terhadap jasa telekomunikasi dasar ataupun jasa sambungan langsung internasional, karena tidak punya pilihan sarana telekomunikasi. Dan untuk jasa sambungan bergerak, pelanggan memang cukup banyak pilihan , tetapi hanya terbatas pada pilihan tertentu dan kurang bisa memuaskan pelayanan atas jasanya.
Jadi melihat hal di atas jelas potensi pasar jasa telekomunikasi cukup besar dan meningkat dari tahun ke tahun , apalagi di Indonesia banyak potensi pelanggan yang belum digarap.

3. Kekuatan tawar-menawar pemasok
Industri telekomunikasi banyak memakai kabel serat optik, tidak saja untuk jaringan darat, tapi juga di laut. Dengan kemajuan teknologi yang sudah sedemikian pesat, jaringan kabel lama (tembaga) sudah tidak memadai lagi baik untuk mengakomodasi data maupun informasi. Sebenarnya produsen kabel serat optik dalam negeri telah mampu memasok kebutuhan nasional. Namun demikian, hampir sekitar 90% kebutuhan kabel serat optik dalam negeri masih diimpor dari luar negeri, sehingga bergantung pada produsen luar negeri. Kondisi daya tawar perusahaan telekomunikasi Indonesia tidak terlalu lemah, karena pemasoknya terdiri dari banyak perusahaan. Akan tetapi jika terjadi fluktuasi dan pelemahan nilai tukar mata uang dalam negeri, hal ini yang menjadi bumerang terhadap perusahaan.

4. Ancaman dari barang atau jasa pengganti
Telekomunikasi merupakan wahana yang menghubungkan manusia satu dengan manusia lainnya melalui berbagai media telekomunikasi. Sesuai dengan fungsinya tersebut maka jika kita identifikasikan ada beberapa jasa pengganti yang dapat mengambil alih fungsi tersebut dari jasa telekomunikasi, misalnya: jasa transportasi, jasa pos, jasa pers, dan internet. Dari beberapa macam jasa pengganti, berdasarkan kelebihan dan kelemahannya, maka kecendrungan pelanggan akan tetap menggunakan jasa telekomunikasi dalam hal kecepatan dan kemudahan berkomunikasi.

5. Persaingan di antara perusahaan yang ada
Kondisi persaingan industri telekomunikasi Indonesia dipengaruhi oleh aturan mengenai struktur dan bentuk kerjasama antara perusahaan swasta dan BUMN, sesuai dengan UU No 3/1989, adalah sebagai berikut: Perusahaan swasta dapat menyelenggarakan jasa telekomunikasi dasar melalui kerjasama patungan, kerjasama operasi, dan kontrak manajemen dengan PT Telkom dan PT Indosat.

Posted by: Wira Gusti Perdana | March 22, 2010

Analisis SWOT pada PT INDOSAT

Strength:
Kekuatan Indosat antara lain terdapat pada: hak duopoli yang dimilikinya, pengalaman mengelola bisnis telekomunikasi internasional, kekuatan manajemen dan budaya perusahaan, rangkaian produk dan jasa yang luas, teknologi yang mutakhir pada peralatannya, kualitas produk dan jasa, serta citra perusahaan yang baik.

Weakness:
Kelemahan Indosat antara lain terdapat pada: kurangnya kebiasaan bersaing secara ketat akibat kenikmatan hak duopoli yang dimilikinya, rentannya likuiditas perusahaan akibat besarnya kewajiban yang dimilikinya, dan diversifikasi yang berlebihan seperti pada perusahaan anak dan afiliasi yang kurang menguntungkan.

Oppurtunities:
Peluang bagi Indosat antara lain: besarnya pasar domestik yang belum tergarap, perluasan usaha baru yang melingkupi bisnis inti yang cukup menguntungkan, dan bisnis telekomunikasi global yang cukup menjanjikan.
Threat:
Ancaman bagi Indosat antara lain: masuknya pendatang baru terutama dari luar negeri sehubungan akan berakhirnya hak duopoli, kompetisi global yang memasuki pasar domestik, dan krisis ekonomi yang melanda Indonesia.

Posted by: Wira Gusti Perdana | March 22, 2010

Manajemen Strategik Visi dan misi PT INDOSAT

PENDAHULUAN

Seiring dengan semakin derasnya arus globalisasi, yang didalamnya dituntut adanya pertukaran informasi yang semakin cepat antar daerah dan negara, membuat peranan telekomunikasi menjadi sangat penting. Telekomunikasi sebagai wahana bagi pertukaran informasi akan semakin memperhatikan aspek kualitas jasa. Selain itu perkembangan di bidang dunia informasi saat ini begitu cepat, baik dilihat dari isi maupun teknologi yang digunakan untuk menyampaikan informasi.

Masyarakat dunia informasi menyadari hal tersebut sehingga mereka berupaya keras menciptakan infrastruktur yang mampu menyalurkan informasi secara cepat, artinya mereka sangat membutuhkan jaringan telekomunikasi yang memiliki kualifikasi sebagai information superhighway.

Hal tersebut di atas telah menimbulkan suatu kondisi persaingan yang sangat ketat di antara perusahaan-perusahaan telekomunikasi, yang tingkat persaingannya tidak lagi domestik, tetapi bersifat internasional. Sehingga untuk dapat memenangkan persaingan tersebut, tentu diperlukan suatu strategi yang tepat dan penerapan yang baik.

Dalam hal ini, kami mencoba menganalisis Indosat sebagai salah satu perusahaan telekomunikasi di Indonesia yang menyediakan jasa telekomunikasi internasional, sebagai bahan studi. Dengan pertimbangan, Indosat dikenal sebagai perusahaan yang mempunyai kinerja yang cukup baik dan terbukti dengan penghargaan Asia Money Awards 1996 ( Best Managed Company : Best Investor Relations, Best Strategy, and Management), SWA Best CEO Awards 1997, ISO 9002 Certification 1997, dan beberapa penghargaan lainnya.

Dalam paparan ini akan dicoba dibahas mengenai profil, misi, visi, filosofi, posisi keuangan, kondisi lingkungan , dan strategi perusahaan, terutama yang menyangkut kondisi terkini yang sedang di alami perusahaan dalam krisis ekonomi yang melanda Indonesia.

ANALISA INTERNAL PERUSAHAAN

2.1. Profil Perusahaan

1. Sejarah Perusahaan

PT. Indonesian Satellite Corporation (Indosat) didirikan pada tahun 1967 sebagai anak perusahaan yang dimiliki secara penuh oleh International Telephone and Telegraph Corporation (ITT). Tahun 1969, Indosat memulai operasi komersialnya dan telah menjadi penyedia utama jasa telekomunikasi internasional di Indonesia, menghubungkan Indonesia secara langsung ke hampir 252 negara dan tujuan di seluruh dunia. Bisnis utama Indosat adalah menyediakan jasa switched dan non-switched telekomunikasi internasional. Indosat ditugaskan pemerintah Indonesia untuk membangun, mentransfer, dan mengoperasikan selama 20 tahun sebuah stasiun bumi Intelsat di Indonesia untuk mengakses penggunaan kapasitas Intelsat di satelit Indian Ocean Region (IOR). Tahun 1980, ITT menjual Indosat kepada pemerintah Indonesia. Setelah transfer, Indosat menjadi Badan Usaha Milik Negara dalam bentuk Perseroan Terbatas, dan menjadi satu-satunya penyedia jasa telekomunikasi internasional di Indonesia. Pada waktu itu, Pemerintah Indonesia mentransfer kepemilikan fasilitas Indosat kepada Indosat. Tahun 1982, dalam rangka memisahkan secara efektif jaringan telekomunikasi domestik dan internasional, seluruh kepemilikan Perumtel pada kabel bawah laut internasional dan gerbang serta operator internasionalnya di Jakarta ditransfer ke Indosat dan Indosat mentransfer aset tertentu yang berhubungan dengan telekomunikasi domestik ke Perumtel. Pada bulan Oktober 1994, Indosat menyelesaikan initial global public offering saham-sahamnya. Saham-saham tersebut diperdagangkan baik di Bursa Efek Jakarta maupun New York Stock Exchange.

2. Produk dan Jasa Indosat

SWITCHED PRODUCT: International Direct Dialing (IDD), Indosat Calling Card (ICC), Indosat Prepaid Card, Visa Phone, International Toll-Free, International Video Confrence, Home Country Direct, Indonesia Direct, International Telegram and Telex Service, FaxPlus, Data Packet Communication Connection, ISDN-Pasopati, Inmarsat.

NON-SWITCHED PRODUCT: International Leased Circuit Service, Indosat Business Service, International Private Circuit, Virtual Private Network, Frame Relay, Television Channel Service .

3. Perusahaan Anak dan Afiliasi

Indosat mempunyai investasi di: Acasia Communicationd Sdn.Bhd. (ACASIA), PT Aplikanusa Lintasarta (Lintasarta), ASEAN Cableship Pty.Ltd (ACPL), Astel Tokyo Corporation (Astel), PT Bangtelindo (Bangtelindo), Cambodian Indosat Telecommunications S.A. (Camintel), PT EDI Indonesia, PT Duta Sukses Utama, PT Graha Informatika Nusantara, PT Graha Lintas Properti, I-CO Global Communication (Holdings) Ltd, PT Indokomsat Lintas Dunia (Indokomsat), PT Mitra Global Telekomunikasi (MGTI), PT Patra Telekomunikasi Indonesia (Patrakomindo), PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo), PT Sisindosat Lintasbuana, PT Sistelindo Mitra Lintas, PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel), USA Global Link, PT Kalimaya Perkasa Finance, PT Asitelindo Data Buana, PT Intikom Telepersada, PT Indoprima Mikroselindo (Primasel), Suginami Cable Television Co. Ltd., PT Yasawirya Tama Cipta (YTC), Indosat Kazakstan Telecommunications Ltd. (Inkasel), International Satellite Organisations, PT Multi Media Asia Indonesia (MMAI), PT Pramindo Ikat Nusantara, AlphaNet Telecom Inc, PT Indosat Mega Media (IMM), PT Menara Jakarta, PT Yasawirya Indah Mega Media, PT Multimedia Nusantara, PT Datakom Asia, ASEAN Telecom Holding Sdn.Bhd. (ATH), PT Indokomsat Lintas Dunia, PT Indosel.

2.2. Misi, Visi, dan Filosofi Perusahaan

1. Misi Perusahaan

Setelah Pemerintah Indonesia mengambil alih kepemilikan seratus persen saham PT. Indosat dari the American Cable and Television Corporation (ITT/ACR) pada tanggal 31 Desember 1980, kemudian dirumuskanlah misi baru Indosat pada tahun 1981, yang didasarkan pada suatu pandangan untuk mentransformasikan Indosat menjadi Badan Usaha Milik Negara yang bersih dan sukses.

Indosat mendefinisikan misi perusahaan tersebut sebagai berikut:

Menyediakan jasa terbaik pada konsumen

Memberikan hasil terbaik kepada pemegang saham

Mempertahankan dan meningkatkan citra terbaik perusahaan

2. Visi Perusahaan

Saat Indosat akan go public ke bursa saham dunia pada tahun 1994, dilakukan redefinisi visi perusahaan untuk menyesuaikan diri dengan trend global dalam sektor telekomunikasi dan memperhitungkan strategi dari perusahaan telekomunikasi kelas dunia.

Indosat mendefinisikan tujuan yang hendak diraih yang tertuang dalam visi perusahaan sebagai berikut:

Mempertahankan kepemimpinan pasar dalam jasa telekomunikasi internasional di Indonesia
Dengan masuknya pemain baru seiring berakhirnya monopoli sebagai penyedia jasa telekomunikasi internasional, Indosat harus berjuang untuk memimpin pasar dengan: 1) mempertahankan pangsa pasar dominan, dan 2) menyediakan jasa yang terbaik, baik dalam kualitas dan jangkauan produk dan jasa.

Memperkuat posisinya sebagai perusahaan telekomunikasi berkelas dunia
Adanya kecendrungan di sektor telekomunikasi menuju swastanisasi perusahaan negara dan dibukanya pasar dunia, yang mengakibatkan masuknya pemain asing dalam industri domestik, menuntut Indosat untuk dapat bersaing dengan perusahaan multinasional. Dengan strategi untuk memasuki pasar global diharapkan dapat: 1) meningkatkan nilai perusahaan melalui ekspansi bisnis , dan 2) meningkatkan citra perusahaan yang memperkuat posisinya di Indonesia.

Menjadi pemain global dalam industri telekomunikasi dunia
Dalam rangka mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar dan menjadi pemain global, Indosat menaikkan standard sesuai dengan standard yang digunakan oleh perusahaan telekomunikasi multinasional, sebagai operator telekomunikasi global.

3. Filosofi Perusahaan

Perkembangan jasa telekomunikasi internasional di Indonesia yang cepat, seiring pertumbuhan permintaan pada jasa dan jangkauan jasa telekomunikasi, menuntut dipenuhinya kepuasan pelanggan sebagai kunci sukses dalam era kompetisi. Untuk memenuhi hal tersebut, Indosat menerapkan suatu filosofi yang dikenal dengan “Kami Lebih Peduli” atau lebih populer dengan “We Care More”.

Posted by: Wira Gusti Perdana | March 7, 2010

KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN PT POS INDONESIA

KEUNGGULAN :

Fasilitas Direct Mail digunakan oleh pelanggan antara lain untuk:

  1. menilai prospek,
  2. mengakuisisi pelanggan,
  3. memberitahukan sesuatu,
  4. menjual atau menawarkan produk,
  5. menerbitkan dan mengirim undangan,
  6. mengumpulkan dana,
  7. dll.

Keunggulan yang ditawarkan oleh bisnis Direct Mail adalah

  1. komunikasi yang selektif dan interaktif,
  2. membangun dan memelihara hubungan dengan pelanggan,
  3. mengukur keberhasilan, mengevaluasi, dan melakukan penyesuaian/perbaikan.

Secara lebih rinci, keunggulan AdMailPos dapat dijelaskan sebagai berikut:

  1. Selectivity

Memilih target grup yang tepat dari database internal maupun eksternal, tergantung pada pesan atau penawaran yang ingin disampaikan. Meningkatkan return dari anggaran pemasaran dengan menggunakan direct communication yang terarah.

  1. Personalization

Jika kita ingin menganalisis data lielanggan dan calon lielanggan secara akurat, dapat dilakukan langsung terhadap kebutuhan sliesifik dari pelanggan dan calon pelanggan individual.

  1. Discretion

Kita menggunakan Direct Mail untuk membangun atau menjaga kerahasiaan one-to-one relationship dengan pelanggan dan calon pelanggan.

  1. Creativity

Kita dapat mengatur tampilan semua elemen dari message/kiriman secara kreatif untuk menarik perhatian dan memudahkan untuk mendapatkan respon yang kita inginkan.

  1. Interactivity

Direct Mail menawarkan cara yang sederhana untuk merespon pelanggan dan menindaklanjuti respon-respon dari pelanggan secara cepat. Oleh karena itu, Direct Mail membantu menciptakan dialog dan ikatan yang membuahkan hasil dengan pelanggan atau calon pelanggan.

  1. Measurability

Dapat mengukur tingkat respon terhadap kampanye yang dilakukan, sehingga pengguna layanan Direct Mail dapat melakukan cost & benefit analysis yang sangat akurat terhadap kampanye yang menggunakan Direct Mail.

KELEMAHAN :

  1. Kurangnya iklan publikasi untuk informasi produk, karena kebanyakan masyarakat Indonesia masih belum paham dengan cara kerja atau pun mekanisme dari produk – produk yang ada dalam PT POS INDONESIA sehingga konsumen enggan dalam menggunakan produk yang telah ada.
  2. Kebanyakan produk – produk inovasi baru PT POS INDONESIA masih digunakan oleh masyarakat menengah ke atas contohnya seperti mail online, terbatasnya jaringan online di masyarakat itulah yang jadi hambatan karena tidak semua orang memiliki jaringan internet.
  3. Masyarakat Indonesia masih belum percaya dengan keamanan informasi di Indonesia karena banyaknya problem dan tragedy yang terjadi belakangan ini di dalam negeri. Oleh sebab itu  meyakinkan dan memberikan keamanan informasi produk – produk PT POS INDONESIA adalah tugas utama agar masyarakat kembali percaya dan tidak takut tentang hal hack system yang sedang marak belakangan ini.
Posted by: Wira Gusti Perdana | February 24, 2010

Manajemen Strategik Visi, Misi, dan Tujuan PT POS INDONESIA

Perusahaan membutuhkan berbagai perangkat untuk bisa meningkatkan daya saingnya dan salah satu perangkat yang bernilai tinggi dari sudut pandang nilai pemegang saham adalah Good corporate governance. Dalam rangka pelaksanaan Good corporate governance, salah satu kewajiban Perusahaan adalah membuat suatu pedoman tentang perilaku etis bisnis yang memuat nilai-nilai etika bisnis.

PT. Pos Indonesia (Persero) adalah perusahaan milik negara dalam bidang jasa (pos, keuangan, logistik dan e-bisnis) dengan jangkauan operasi hampir di seluruh tanah air Indonesia. Oleh karena itu praktek etika bisnis yang dimengerti dengan baik dan dipatuhi secara konsisten sangat penting sebagai alat yang dapat digunakan untuk pertumbuhan bisnis yang baik. Alat ini akan menjadi handal agar perusahaan mampu bersaing dengan  cara melakukan apa yang benar. Harus diyakini bahwa Kode Etik  untuk karyawan dalam bersikap dan bertingkah laku di dunia bisnis adalah modal dasar untuk mencapai kesuksesan. Kode Etik Bisnis yang efektif, harus dimengerti oleh semua karyawan dan dijiwai dalam bentuk tindakan nyata.

Kode Etik Bisnis PT Pos Indonesia ( Persero ) harus dapat dilihat, diketahui, dimengerti dan dipahami oleh seluruh karyawan, pelanggan, konsultan, mitra bisnis, serta oleh semua individu yang bertransaksi dengan atau atas nama PT Pos Indonesia (Persero).

Pedoman ini diharapkan akan membantu dan menekankan nilai-nilai etika dalam berinteraksi dengan seluruh stakeholders Perusahaan yang harus dipatuhi sehingga pedoman ini harus mengakar di dalam budaya Perusahaan.

Satu hal yang harus disadari bahwa di dalam dunia kerja sering kali mengalami situasi dimana harus melakukan “hal yang benar” yang dalam sepintas kelihatannya tidak mungkin untuk dilakukan. Pada suatu saat kepentingan perusahaan, karyawan, pelanggan, mitra bisnis, keluarga, masyarakat dan diri sendiri nampaknya akan saling  bertentangan satu sama lain. Bila dihadapkan pada situasi rumit seperti itu, akan sulit untuk menentukan mana yang etis. Kode Etik Bisnis PT Pos Indonesia ( Persero ) yang dikandung di dalam dokumen ini  merupakan petunjuk untuk mengambil “keputusan yang benar”, walaupun disadari bahwa tidak ada satupun kebijakan yang dapat mencakup semua situasi yang ditemukan dalam kegiatan sehari-hari.

Kepatuhan pada Pedoman Etika Bisnis ini penting untuk mempertahankan dan memajukan reputasi PT. Pos Indonesia ( Persero ) sebagai korporasi yang bertanggung jawab, di mana pada akhirnya akan memaksimalkan nilai perusahaan. Pelanggaran atas Pedoman Etika Bisnis ini merupakan  hal yang serius dan merupakan pelanggaran ketentuan Perusahaan.

Seluruh jajaran Perusahaan diharapkan untuk membaca Pedoman Etika Bisnis ini dengan seksama dan membuat komitmen untuk menerapkannya setiap hari karena masa depan Perusahaan tergantung pada komitmen kita semua.

VISI, MISI, NILAI DASAR DAN KEYAKINAN DASAR, SERTA ETIKA BISNIS

Visi dan misi Perusahaan merupakan sumber dari segala sistem yang menjadi acuan  dari semua nilai, prinsip, etika dan kebijakan manajemen dalam menjalankan bisnisnya. Berdasarkan  Keyakinan Dasar dan Nilai Dasar yang dianut oleh Perusahaan yang dijabarkan dalam bentuk Etika Bisnis yang mengatur bagaimana hubungan antara Perusahaan dengan pihak-pihak yang terkait. Keseluruhan  nilai tersebut lambat laun akan membentuk suatu budaya yang menjadi karakter bagi Perusahaan.

Nilai-nilai dari Etika Bisnis akan diimplementasikan dalam bentuk berbagai ketentuan/ peraturan dan kebijakan manajemen yang mengatur secara teknis sistem manajemen pos di berbagai bidang dan fungsi dalam usaha mencapai Tujuan Perusahaan.

Berkaitan dengan hal tersebut untuk lebih memperjelas tujuan perusahaan yang berlandaskan dengan etika bisnis dapat dijelaskan seperti sebagai berikut :

1. VISI DAN MISI

Visi PT Pos Indonesia adalah menjadi perusahaan pos yang berkemampuan memberikan solusi terbaik dan menjadi pilihan utama stakeholder domestik maupun global dlam mewujudkan pengembangan bisnis dengan pola kemitraan, yang didukung oleh sumber daya manusia yang unggul dan menjunjung tinggi nilai  1

Misi PT Pos Indonesia adalah memberikan solusi terbaik bagi bisnis, pemerintah, dan individu melalui penyediaan sistem bisnis dan layanan komunikasi tulis, logistic, transaksi keuangan, dan filateli berbasis jejaring terintegrasi, terpercaya dan kompetitif di pasar domestik dan global.

2. KEYAKINAN DASAR DAN NILAI DASAR

Keyakinan Dasar perusahaan adalah mempunyai karyawan yang bertalenta (talented people), keunggulan layanan (excellence service), nilai-nilai bagi kastemer (customer values) dan pertumbuhan kinerja keuangan yang tinggi dan berkelanjutan (sustainable outstanding financial performance)

Nilai Dasar perusahaan adalah regangkan tujuan (streching goals), integritas (integrity), berfikit kesisteman (system thinking), berani dan bertanggungjawab (courage and responsible) dan penghargaan berbasis kinerja (reward based on performance)

3. ETIKA BISNIS

Keterangan :


menunjukkan hubungan internal


menunjukkan hubungan eksternal

PRINSIP UMUM :

Etika Bisnis menjelaskan bagaimana Perusahaan dan jajarannya  bersikap, bertindak dan   beretika  dalam berhubungan dengan pihak-pihak yang terkait dengan Perusahaan (stakeholders), baik itu pihak dari luar Perusahaan maupun dari dalam Perusahaan.

Yang dimaksud Perusahaan adalah unsur-unsur yang terdiri dari Komisaris, Direksi, jajaran manajemen dan seluruh karyawan PT Pos Indonesia ( Persero ), yang  dalam menjalankan bisnisnya :

1.  Secara konsisten menjalankan kewajiban dengan mematuhi dan mentaati undang-undang serta peraturan yang berlaku;

2.  Selalu meningkatkan rasa solidaritas dan kebersamaan antara karyawan, pensiunan beserta seluruh keluarganya;

3.  Menghindari situasi yang dapat menimbulkan konflik kepentingan pribadi;

4.  Tidak diperkenankan memberi atau menerima segala bentuk imbalan, baik langsung maupun tidak langsung yang dapat mempengaruhi pengambilan kebijakan;

5.  Mendorong semangat efisiensi berdasarkan pertimbangan kondisi keuangan perusahaan.

AFILIASI

Afiliasi adalah institusi yang memiliki keterkaitan dengan usaha-usaha bisnis perusahaan baik langsung maupun  tidak langsung.

Secara bersama- sama  dan antar institusi afiliasi :

  1. Perusahaan  membangun dan melaksanakan kerjasama  untuk mencapai sinergi dalam berbagai  kegiatan;
  2. Perusahaan menerapkan kebijakan bisnis dan sosial baik di tingkat nasional, regional maupun internasional.

INVESTOR

Investor adalah seseorang atau lembaga yang menyertakan modalnya pada kegiatan usaha perusahaan.

Dalam segala bentuk interaksi dengan investor :

  1. Perusahaan menerapkan perlakuan yang seimbang/proporsional terhadap hak dan kewajiban investor;
  2. Perusahaan memberikan informasi yang aktual, akurat dan prospektif  kepada investor;
  3. Perusahaan berupaya memberikan benefit yang optimal dan menjaga citra yang baik untuk meningkatkan nilai investasi;
  4. Perusahaan harus selektif dalam memilih investor untuk mengembangkan usaha.

KARYAWAN

Karyawan adalah individu yang bekerja pada perusahaan dengan menerima upah   berdasarkan hubungan kerja.

Dalam melakukan hubungan kerja dengan karyawan :

  1. Perusahaan menghargai dan menghormati hak-hak asasi manusia secara universal, dan hak-hak serta kewajiban karyawan berdasarkan peraturan- perundangan yang berlaku dalam perusahaan;
  2. Perusahaan memberi kesempatan yang sama terhadap karyawan  dengan tidak membeda-bedakan berdasarkan senioritas, gender, suku, agama, ras dan golongan masyarakat;
  3. Perusahaan memperlakukan karyawan sebagai aset perusahaan ( human capital ), oleh karena itu perusahaan harus menghargai dan meningkatkan kompetensi dan karakternya;
  4. Perusahaan senantiasa berupaya membangun dan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif , suasana keterbukaan dan komunikasi dua arah;
  5. Perusahaan menerapkan prinsip – prinsip penghargaan dan pengakuan    ( reward and recognition ) sesuai dengan prestasinya;
  6. Perusahaan harus secara tegas, objektif, dan berkeadilan dalam mengenakan sanksi terhadap setiap  pelanggaran yang dilakukan oleh Komisaris, Direksi, dan Karyawan.

MASYARAKAT

Masyarakat adalah Individu atau kelompok di luar Perusahaan yang memiliki hubungan langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan Perusahaan.

Dalam berinteraksi dengan masyarakat:

  1. Perusahaan turut serta mengambil bagian dalam program mencerdaskan masyarakat;
  2. Perusahaan turut serta mendukung program peningkatan kesehatan masyarakat dan memelihara lingkungan yang bersih dan sehat;
  3. Perusahaan menghormati hak asasi manusia, aspek sosial budaya, keyakinan dan agama serta menjunjung tinggi adat istiadat masyarakat setempat.

MEDIA MASSA

Media Massa merupakan institusi yang bergerak dalam bidang komunikasi  meliputi media cetak, media elektronik dan media maya dengan tujuan untuk menyampaikan informasi, edukasi dan hiburan.

Dalam berinteraksi dengan Media Massa :

  1. Perusahaan menyampaikan informasi resmi melalui unit yang relevan melalui media yang ditunjuk secara selektif;
  2. Perusahaan menyampaikan informasi secara terbuka dan intensif kepada masyarakat guna memperoleh pemahaman, dukungan, serta citra positif perusahaan;
  3. Perusahaan menyampaikan informasi berdasarkan fakta dan data yang relevan sesuai dengan perkembangan perusahaan;
  4. Perusahaan menyampaikan informasi yang berimbang atas hal-hal yang menyangkut perusahaan yang telah diketahui masyarakat luas;
  5. Perusahaan membina kemitraan yang harmonis dengan lingkungan media massa.

MITRA KERJA

Mitra Kerja merupakan institusi yang berbadan hukum atau perorangan yang   melakukan interaksi dan kerjasama dengan unit kerja perusahaan untuk kepentingan tujuan perusahaan.

Dalam interaksi dan kerja sama dengan pihak eksternal :

  1. Perusahaan menjunjung prinsip kesetaraan dan saling percaya ( mutual trust ) berdasarkan prinsip keadilan;
  2. Perusahaan berpedoman pada peraturan perundangan yang berlaku;
  3. Setiap organ perusahaan dan karyawan dilarang mempunyai benturan kepentingan;
  4. Segala kesepakatan diwujudkan dalam dokumen tertulis berdasarkan prinsip saling menghormati dan saling memberi manfaat ( mutual benefit );
  5. Pemilihan mitra berdasarkan prinsip bersih, transparan, dan profesional.
  6. Dalam interaksi dan kerjasama dengan pihak internal :
  7. Menjunjung prinsip kesetaraan, saling percaya dan mengedepankan kompetensi;
  8. Mempermudah dan mempercepat seluruh proses dan kegiatan perusahaan;
  9. Seluruh  proses dan kegiatan perusahaan didasarkan pada prinsip mata rantai nilai ( Value chain ).

PELANGGAN

Pelanggan adalah pembeli atau pemakai produk atau jasa yang dihasilkan dan atau dijual perusahaan.

Dalam segala bentuk interaksi dengan Pelanggan :

  1. Perusahaan menghormati hak-hak pelanggan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
  2. Perusahaan memenuhi komitmennya atas aspek kualitas, harga dan layanan purna jual sesuai dengan standar yang berlaku;
  3. Perusahaan memberikan perlakuan yang sama kepada semua pelanggan;
  4. Perusahaan tidak diperkenankan memberi atau menerima segala bentuk imbalan di luar ketentuan yang berlaku baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan layanan yang diberikan;
  5. Perusahaan menjaga kerahasiaan informasi pelanggan;
  6. Perusahaan mengacu pada etika dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam melaksanakan promosi.

PEMASOK

Pemasok merupakan mitra usaha yang bergerak di bidang usaha penyediaan barang dan atau jasa yang meliputi vendor, kontraktor, konsultan, dan leveransir.

Dalam pengadaan barang dan atau jasa :

  1. Perusahaan tetap memperhatikan prinsip saling menguntungkan, efisiensi, dan efektivitas pengadaan;
  2. Perusahaan mengedepankan kepentingan perusahaan di atas kepentingan pribadi maupun unit organisasi;
  3. Perusahaan menjaga hubungan baik dengan pemasok  secara wajar dan senantiasa menjaga citra perusahaan di mata pemasok;
  4. Perusahaan menghindari pemasok yang memiliki hubungan keluarga dengan pengambil keputusan dan atau adanya benturan kepentingan;
  5. Perusahaan memberikan kesempatan berusaha yang sama kepada para calon pemasok dan tidak bertindak diskriminatif dengan tetap mengacu pada ketentuan yang berlaku;
  6. Perusahaan tidak diperkenankan memberi dan atau menerima imbalan dalam bentuk apapun baik langsung maupun tidak langsung yang dapat mempengaruhi pengambilan kebijakan;
  7. Perusahaan melakukan tender terbuka secara transparan dan dapat dipertanggungjawabkan dengan melibatkan calon pemasok yang memiliki reputasi dan track record yang baik;
  8. Perusahaan menuangkan semua bentuk kesepakatan dalam suatu dokumen tertulis yang disusun berdasarkan itikad baik dan saling menguntungkan;
  9. Perusahaan menjaga kesepakatan dengan pihak pemasok sesuai hak dan kewajiban yang telah ditetapkan.

PEMEGANG SAHAM

Pemegang Saham adalah setiap individu atau lembaga yang tercatat dalam Daftar Pemegang  Saham (DPS) Perusahaan.

Dalam segala bentuk interaksi dengan pemegang saham:

  1. Perusahaan memperlakukan pemegang saham sesuai dengan Anggaran Dasar Perusahaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
  2. Perusahaan berusaha memberikan kinerja yang optimal dan menjaga citra yang baik untuk meningkatkan nilai bagi pemegang saham (shareholder value);
  3. Perusahaan berupaya menjalankan misi sosial sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku  dengan mendapat dukungan penuh dari pemegang saham.

PENYELENGGARA NEGARA

Penyelenggara Negara adalah institusi pelaksana kenegaraan beserta aparaturnya yang meliputi legislatif, eksekutif, yudikatif dan lembaga lainnya, baik di tingkat pusat maupun daerah.

Dalam berhubungan dengan penyelenggara negara :

  1. Perusahaan menjalin hubungan yang harmonis dan konstruktif atas dasar prinsip-prinsip kejujuran, keterbukaan dan saling menghargai;
  2. Perusahaan senantiasa berusaha mendukung program-program nasional maupun regional.

PESAING

Pesaing adalah perusahaan lain yang bergerak dalam bidang jasa/layanan yang sejenis dengan usaha yang dijalankan oleh perusahaan.

Dalam segala bentuk interaksi dengan pesaing :

  1. Perusahaan menjaga terciptanya persaingan yang adil, sehat dan transparan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
  2. Perusahaan dapat mengembangkan kerjasama dengan pesaing berdasarkan prinsip saling menguntungkan yang dapat meningkatkan kepuasan pelanggan;
  3. Perusahaan tidak dibenarkan mendiskreditkan pesaing dalam kegiatan pemasaran;
  4. Perusahaan dapat mengumpulkan data/informasi pesaing sejauh tidak  melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku;
  5. Komisaris, Direksi dan Karyawan dilarang ikut serta dalam usaha perusahaan pesaing baik secara langsung maupun tidak langsung.

SERIKAT PEKERJA :

Serikat Pekerja adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh dan untuk karyawan di perusahaan yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak-hak dan kepentingan pekerja serta meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya.

Dalam berhubungan dengan serikat pekerja:

  1. Perusahaan memberikan kesempatan kepada setiap anggota Serikat Pekerja untuk melaksanakan hak berserikat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
  2. Perusahaan berkomitmen untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam Perjanjian Kerja Bersama.

4 .TUJUAN  PT  POS  INDONESIA

AdMailPos merupakan bagian dari value chain dalam Direct Marketing, dimana Direct Mail merupakan salah satu alternatif alat untuk mencapai keberhasilan dalam menjalankan kegiatan Direct Marketing bagi suatu perusahaan.

Bagi PT Pos Indonesia, AdMailPos bukanlah suatu hal yang sama sekali baru. Pada dasarnya bisnis Direct Mail merupakan integrasi vertikal database dan printing ke dalam proses bisnis pos sampai pada proses delivery.

Direct Marketing itu sendiri adalah sistem yang intensif dalam kegiatan pemasaran dengan menggunakan satu atau lebih media advertising untuk mempengaruhi respon yang terukur dan/atau transaksi dimanapun berada.

Salah satu faktor yang dapat mendukung kompetitive advantage PT Pos Indonesia dalam membangun bisnis Direct Marketing adalah: alamat yang up-to-date, response management, kedekatan dengan pelanggan, dan consulting services (McKinsey Quarterly, 1997).

MAILING HOUSE

Dalam bisnis Direct Mail dikenal istilah mailing house yaitu suatu lokasi atau tempat memproses dokumen dan kiriman sejenis lainnya sebelum diserahkan kepada lembaga pengiriman/ delivery (pre-posting). Mailing house tersebut ada yang dimiliki sendiri oleh suatu institusi untuk memenuhi kebutuhan internalnya (dikenal dengan istilah in-house mailing) dan ada yang khusus disediakan untuk mengerjakan pekerjaan institusi lain (dikenal dengan sitilah service-bureau).

Selain diharapkan dapat menekan biaya produksi, proses yang terintegrasi tersebut dimaksudkan agar pelayanan kepada pelanggan bersifat menyeluruh (one stop service).

Selama ini pelanggan Direct Mail yang dilayani oleh PT Pos Indonesia adalah pelanggan yang datang dengan membawa kiriman Direct Mail yang siap untuk diposkan. Sehingga pengerjaan Direct Mail oleh PT Pos Indonesia saat ini baru pada segmen proses delivery. Namun demikian, proses tersebut dapat dikembangkan dengan cara mengintegrasikannya dengan proses pre-posting, mulai dari creative design sampai dengan enveloping dan siap untuk dikirim lewat pos.

Melihat keseluruhan dari proses bisnisnya maka bisnis Direct Mail membutuhkan berbagai kompetensi dan peran dari beberapa institusi, antara lain marketing agency, database collector, paper supplier, printing company, dan postal delivery. Untuk skala tertentu, beberapa segmen proses dapat dikerjakan oleh satu perusahaan mailing house melalui vertical integration. Namun demikian, dengan pertimbangan efisiensi dan skala ekonomi maka keseluruhan proses tidak dapat dikerjakan oleh satu perusahaan.

TUJUAN – TUJUAN YG AKAN DIBERIKA OLEH PT POS INDONESIA BAGI PIHAK-PIHAK YG BERBEDA ANTARA LAIN :

Bagi Pelanggan Individu

Direct Mail didesain untuk mencapai berbagai tujuan marketing, termasuk:

  1. Membangun interest terhadap produk atau layanan baru
  2. Menciptakan penjualan dan pemesanan
  3. Membantu dalam membangun traffic/lalulintas inventory
  4. Menciptakan keunggulan baru
  5. Menyampaikan berita penawaran khusus penjualan barang kepada pelanggan yang “berharga” (valued customer)
  6. Menjaga hubungan baik
  7. Mempercepat sukses periklanan dalam bentuk lain (Direct Mail)
  8. Membangun pemahaman terhadap merk dagang (brand recognition)
  9. Memprospek pelanggan baru

Bagi Retailers

  1. Menyampaikan pemberitahuan awal mengenai penawaran penjualan dengan cara mengirim kartupos kepada pelanggan yang dikehendaki.
  2. Mengirim surat atau menyebar brosur kepada alamat-alamat terdekat untuk memberitahukan lini produk baru, penawaran khusus bulanan, jam buka loket atau pelayanan khusus musiman, dll.
  3. Meningkatkan awareness dan efektifitas periklanan dengan cara mengirimkan kartupos untuk meminta pelanggan melihat iklan yang dipasang/ditayangkan.

Bagi Perusahaan jasa

  1. Mengirimkan newsletter periodik untuk memberitahu pelanggan tentang pengembangan baru dalam industri dan menawarkan tip yang membantu dalam pelayanan.
  2. Menjadikan current customers sebagai “sales force” dengan cara mengirimkan “tell-a-friend” promotion, menawarkan premium atau diskon kepada pelanggan yang memberikan referensi/rekomendasi pelanggan baru kepada kita.
  3. Memprospek pelanggan baru dengan cara tukar menukar daftar pelanggan dengan perusahaan yang menjual barang komplementer.

Bagi Perusahaan Manufaktur

  1. Mengumumkan produk baru atau harga baru kepada pelanggan dan distributor.
  2. Memberitahu pembeli suatu produk tentang ketersediaan produk lain yang ditawarkan.
  3. Mengingatkan pelanggan akan ketersediaan upgrade atau accessory bagi produk yang sudah mereka beli.
  4. Mengirim atau menawarkan sampel produk kepada salesperson yang handal.

Bagi Profesional

  1. Mengirim kartu kepada klien yang memberitahukan pergantian staf dalam perusahaan.
  2. Meningkatkan awareness terhadap layanan/jasa dengan cara mengingatkan masyarakat tentang adanya event khusus yang berkaitan dengan layanan/jasa yang ditawarkan.
  3. Mengirimkan newsletter periodik untuk memberitahu pelanggan tentang adanya pengembangan dalam bidang jasa dan menyediakan tips yang berkaitan dengan layanan jasa yang ditawarkan.

5 .ANALISA DAN KESIMPULAN

Manajemen wajib menetapkan suatu sistem pengendalian yang efektif untuk mengamankan asset dan investasi perusahaan. Dalam hal ini faktor penaksiran risiko yang meliputi proses identifikasi, pengukuran dan penyusunan prioritas risiko sangat menentukan dalam rancangan pengendalian yang diperlukan sehingga sesuai dengan respon yang diharapkan. Untuk maksud tersebut, dokumentasi proses risk assessment menjadi penting bagi perusahaan sehingga dapat dilakukan proses revieu secara periodik dan selanjutnya dapat diketahui tingkat efektifitas sistem pengendalian yang dijalankan serta pengelolaan yang tepat atas resiko yang dihadapi perusahaan.

Selanjutnya penentuan strategi yang tepat dalam rangka pencapaian visi dan misi perusahaan menjadi hal yang sangat menentukan dalam merumuskan tujuan dan target-target yang hendak dicapai. Dalam hal rencana kerja dan target-target operasi yang terlalu optimistis tanpa suatu pengelolaan risiko dan rancangan pengendalian internal yang cukup, tentu akan berdampak dalam pelaksanaannya yang pada gilirannya akan mempengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan.

Oleh karena itu upaya yang perlu dilakukan dalam hal kebijakan dan pengendalian serta pengelolaan risiko yang dijalankan, sehingga dapat diyakini apakah penetapan strategi dan tujuan dalam rangka mencapai visi dan misi perusahaan telah dirumuskan secara benar dan telah mempertimbangkan hasil penaksiran dan analisa resiko yang cukup serta telah dirancang pengendalian dan pengawasan yang memadai.

6 .STRUKTUR  ORGANISASI STRATEGIK  PT  POS  INDONESIA ( PERSERO )

Posted by: Wira Gusti Perdana | November 9, 2009

JURNAL RISET GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating
Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai
Perusahaan

Vinola Herawaty
Universitas Trisakti, Indonesia
Email: vinolaherawaty@yahoo.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui secara empiris pengaruh earnings management terhadap
nilai perusahaan, praktek corporate governance nilai perusahaan dan pengaruh praktek corporate
governance terhadap hubungan antara earnings management dan nilai perusahaan dan memahami
peranan praktek corporate governance terhadap praktek earnings management yang dilakukan yang
perusahaan dalam upaya meningkatkan nilai perusahaan. Hasil penelitian membuktikan corporate
governance berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan dengan variabel komisaris independen
dan kepemilikan institusional. Kepemilikan manajerial akan menurunkan nilai perusahaan
sedangkan kualitas audit akan meningkatkan nilai perusahaan. Komisaris independen, kualitas audit
dan kepemilikan institusional merupakan variabel pemoderasi antara earnings management dan nilai
perusahaan sedangkan kepemilikan manajerial bukan merupakan variabel pemoderasi. Earnings
management dapat diminimumkan dengan mekanisme monitoring oleh komisaris independen, kualitas
audit dan institusional ownership
Kata kunci: corporate governance, earnings management, institusional ownership, komisaris
independen, kualitas audit

ABSTRACT

The objective of the empirical study is to examine the role of Corporate Governance Practices as a
variable that moderates the effect of Earnings Management to the value of the firm. The result gives the
evidence that corporate governance practices that have a significant impact to the value the firm are
outside independent director and institutional ownership, in the model regression with moderating
variable. It also indicates that Independent director, audit quality and institutional ownership are
moderating variables of the relationship between earnings management and the value of the firm, but not
the managerial ownership. Thus, earnings Management can be minimized with the monitoring
mechanism i.e. (1) independent director that can monitor the management of the company in aligning the
interest of principal and agent, (2) institutional ownership shareholders – the sophitisticed investor that
also monitor the management to decrease the motivation of management to manipulate Earnings and (3)
audit quality with the role of auditors to give the credibility of the reported financial statement by
management.
Keywords: corporate governance, earnings management, institutional ownership, outside independent
director, institutional ownership, audit quality

PENDAHULUAN

Salah satu cara yang dilakukan manajemen
dalam proses penyusunan laporan keuangan yang
dapat mempengaruhi tingkat laba yang ditampilkan
adalah earnings management yang diharapkan
dapat meningkatkan Nilai perusahaan pada
saat tertentu. Tujuan earnings management adalah
meningkatkan kesejahteraan pihak tertentu
walaupun dalam jangka panjang tidak terdapat
perbedaan laba kumulatif perusahaan dengan
laba yang dapat diidentifikasikan sebagai suatu
keuntungan (Fischer dan Rosenzweirg 1995; Scot
1997:294). Earnings management yang dilakukan
manajemen perusahaan akan meningkatkan nilai
perusahaan (Tobin’s Q) lalu kemudian akan turun
(Morck, Scheifer & Vishny 1988).
Earnings management dapat menimbulkan
masalah masalah keagenan (agency cost) yang
dipicu dari adanya pemisahan peran atau perbedaan
kepentingan antara pemegang saham
(principal) dengan pengelola/manajemen perusahaan
(agent). Manajemen selaku pengelola perusahaan
memiliki informasi tentang perusahaan
lebih banyak dan lebih dahulu daripada pemegang
saham sehingga terjadi asimetri informasi yang
memungkinkan manajemen melakukan praktek
akuntansi dengan orientasi pada laba untuk
mencapai suatu kinerja tertentu. Konflik keagenan
yang mengakibatkan adanya oportunistik
manajemen yang akan mengakibatkan laba yang
dilaporkan semu, sehingga akan menyebabkan
nilai perusahaan berkurang dimasa yang akan
datang ,
Teori agensi memberikan pandangan bahwa
masalah earnings management dapat diminimumkan
dengan pengawasan sendiri melalui good
corporate governance. Praktek earnings management
oleh manajemen dapat diminimumkan
melalui mekanisme monitoring untuk menyelaraskan
(alignment) perbedaan kepentingan pemilik
dan manajemen antara lain dengan; (1) memperbesar
kepemilikan saham perusahaan oleh
manajemen (managerial ownership) (Jensen
Meckling 1976); (2) kepemilikan saham oleh
institusional karena mereka dianggap sebagai
sophisticated investor dengan jumlah kepemilikan
yang cukup signifikan dapat memonitor manajemen
yang berdampak mengurangi motivasi
manajer untuk melakukan earnings management.
(Pratana dan Mas’ud 2003); (3) peran monitoring
yang dilakukan dewan komisaris independen
(Barnhart & Rosenstein 1998); (4) kualitas audit
yang dilihat dari peran auditor yang memiliki
kompetensi yang memadai dan bersikap independen
sehingga menjadi pihak yang dapat
memberikan kepastian terhadap integritas angkaangka
akuntansi yang dilaporkan manajemen
(Mayangsari 2003).
Praktek corporate governance memiliki
hubungan yang signifikan terhadap earnings
management seperti penelitian yang dilakukan
Watfield et al 1995, Gabrielsen et al 1997, Wedari
2004. Sedangkan menurut Siregar dan Bachtiar
2004; Darmawati 2003, tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara praktek corporate governance
terhadap earnings management. Konflik
keagenan yang mengakibatkan adanya sifat
opportunistic manajemen akan mengakibatkan
rendahnya kualitas laba. Rendahnya kualitas laba
akan dapat membuat kesalahan pembuatan
keputusan kepada para pemakainya seperti para
investor dan kreditor, sehingga nilai perusahaan
akan berkurang.
Berdasarkan uraian tentang praktek earnings
management terdapat potensi bahwa peran corporate
governance sebagai pereda praktek earnings
management yang dilakukan manajemen sehingga
pertanyaan penelitian adalah: 1) apakah earnings
management berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan 2) apakah praktek Corporate Governance
berpengaruh positif baik secara bersamasama
maupun parsial terhadap nilai perusahaan
3) Apakah pengaruh earnings management
terhadap nilai perusahaan diperlemah dengan
praktek corporate governance yang diproksi
dengan komisaris independen, kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional dan kualitas
audit?
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
secara empiris (1) pengaruh earnings
management terhadap nilai perusahaan (2)
pengaruh praktek corporate governance berpengaruh
baik secara bersama-sama maupun
parsial terhadap nilai perusahaan (3) pengaruh
praktek corporate governance terhadap hubungan
antara earnings management dan nilai perusahaan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi pemikiran kepada (1) para pemakai
laporan keuangan dan manajemen perusahaan
dalam memahami peranan praktek corporate
governance terhadap praktek earnings management
yang dilakukan yang perusahaan dalam
upaya meningkatkan nilai perusahaan. (2) pengembangan
ilmu mengenai positif accounting
theory khususnya agency theory dan corporate
governance theory, sehingga dapat memperoleh
permodelan-permodelan praktek corporate governance
yang secara konseptual berpengaruh
terhadadap earnings management serta dampaknya
pada nilai perusahaan.

TEORI AGENCY

Perspektif teori agensi merupakan dasar yang
digunakan untuk memahami isu corporate
governanace dan earnings management. Adanya
pemisahan kepemilikan oleh principal dengan
pengendalian oleh agen dalam sebuah organisasi
cenderung menimbulkan konflik keagenen diantara
principal dan agen. Jensen dan Meckling
(1976), Watts & Zimmerman (1986) menyatakan
bahwa laporan keuangan yang dibuat dengan
angka-angka akuntansi diharapkan dapat meminimalkan
konflik diantara pihak-pihak yang
berkepentingan. Dengan laporan keuangan yang
dilaporkan oleh agen sebagai pertanggung
jawaban kinerjanya, principal dapat menilai,
mengukur dan mengawasi sampai sejauh mana
agen tersebut bekerja untuk meningkatkan
kesejahteraannya serta sebagai dasar pemberian
kompensasi kepada agen.
Corporate governance yang merupakan konsep
yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan
bisa berfungsi sebagai alat untuk memberi
keyakinan kepada investor bahwa mereka akan
menerima return atas dana yang mereka
investasikan. Corporate governance berkaitan
dengan bagaimana investor yakin bahwa manajer
akan memberikan keuntungan bagi investor,
yakin bahwa manajer tidak akan mencuri/
menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam
proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan
dengan dana /kapital yang telah ditanamkan
oleh investor dan berkaitan dengan bagaimana
para investor mengendalikan para manajer
(Sheifer dan Vishny 1997).

CORPORATE GOVERNANCE

Penelitian mengenai corporate governance
menghasilkan berbagai mekanisme yang bertujuan
untuk meyakinkan bahwa tindakan manajemen
selaras dengan kepentingan shareholders
(terutama minority interest). Mekanisme corporate
governance dibagi menjadi dua kelompok: (1)
berupa internal mechanism (mekanisme internal)
seperti komposisi dewan direksi/ komisaris,
kepemilikan manajerial dan kompensasi eksekutif
(2) external mechanisms seperti pengendalian oleh
pasar dan level debt financinG. (Barnhart &
Rosentein 1998), Utama (2003). Prinsip-prinsip
corporate governance yang diterapkankan memberikan
manfaat diantaranya yaitu: (1) meminimalkan
agency costs dengan mengontrol konflik
kepentingan yang mungkin terjadi antara
prinsipal dengan agen; (2) meminimalkan cost of
capital dengan menciptakan sinyal positif kepada
para penyedia modal; (3) meningkatkan citra
perusahaan; (4) meningkatkan nilai perusahaan
yang dapat dilihat dari cost of capital yang rendah,
dan (5) peningkatan kinerja keuangan dan
persepsi stakeholder terhadap masa depan
perusahaan yang lebih baik.
Earnings Management
Para manajer memiliki fleksibilitas untuk
memilih beberapa alternatif dalam mencatat
transaksi sekaligus memilih opsi-opsi yang ada
dalam perlakuan akuntansi. Fleksibilitas ini
digunakan oleh manajemen perusahaan untuk
mengelola laba. Perilaku manajemen yang mendasari
lahirnya manajemen laba adalah perilaku
opportunistic manajer dan efficient contracting.
Sebagai perilaku opportunistic, manajer memaksimalkan
utilitasnya dalam menghadapai kontrak
kompensasi dan hutang dan political cost (Scott
2000). Perilaku oportunis ini direflesikan dengan
melakukan rekayasa keuangan dengan menerapkan
income increasing atau income decraesing
decretionary accrual. Sedangkan sebagai efficient
contracting yaitu meningkatkan keinformatifan
laba dalam mengkomunikasikan informasi privat.
Perilaku manajemen oportunis dikenal dengan
istilah earnings management, oleh Healy dan
Wahlen (2000:368) didefinisikan sebagai berikut:
earnings management terjadi ketika manajemen
menggunakan judgment dalam pelaporan keuangan
yang dapat merubah laporan keuangan
sehingga menyesatkan pihak-pihak yang berkepentingan
dengan perusaaan.

Nilai Perusahaan

Salah satu alternatif yang digunakan dalam
menilai nilai perusahaan adalah dengan menggunakan
Tobin’s Q. Rasio ini dikembangkan oleh
Profesor James Tobin (1967). Rasio ini merupakan
konsep yang berharga karena menunjukkan
estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai
hasil pengembalian dari setiap dolar investasi
inkremental. Jika rasio-q diatas satu, ini menunjukkan
bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan
laba yang memberikan nilai yang lebih
tinggi daripada pengeluaran investasi, hal ini akan
meransang investasi baru. Jika rasio-q dibawah
satu, investasi dalam aktiva tidaklah menarik.
Jadi rasio-q merupakan ukuran yang lebih
teliti tentang seberapa efektif manajemen memanfaatkan
sumber-sumber daya ekonomis dalam
kekuasaannya. Penelitian yang dilakukan oleh
Copeland (2002), Lindenberg dan Ross (1981) yang
dikutip oleh Darmawati (2004), menunjukkan
bagaimana rasio-q dapat diterapkan pada masingmasing
perusahaan. Mereka menemukan bahwa
beberapa perusahaan dapat mempertahankan
rasio-q yang lebih besar dari satu. Teori ekonomi
mengatakan bahwa rasio-q yang lebih besar dari
satu akan menarik arus sumber daya dan
kompetisi baru sampai rasio-q mendekati satu.
Seringkali sukar untuk menentukan apakah rasioq
yang tinggi mencerminkan superioritas manajemen
atau keuntungan dari dimilikinya hak
paten.

Earnings Management dan Nilai Perusahaan

Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih
banyak mengetahui informasi internal dan
prospek perusahaan di masa yang akan datang
dibanding pemilik (pemegang saham) sehingga
menimbulkan asimetri informasi. Manajer diwajibkan
memberikan sinyal mengenai kondisi
perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan
merupakan cerminan nilai perusahaan melalui
pengungkapan informasi akuntansi seperti
laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut
penting bagi pengguna eksternal perusahaan
karena kelompok itu berada dalam kondisi yang
paling tidak tinggi tingkat kepastiannya (Ali 2002)

Asimetri antara manajemen dan pemilik
memberikan kesempatan pada manajer untuk
melakukan earnings management untuk meningkatkan
nilai perusahaan pada saat tertentu
sehingga dapat menyesatkan pemilik (pemegang
saham) mengenai nilai perusahaan sebenarnya.
Sloan (1996) menguji sifat kandungan informasi
komponen akrual dan komponen aliran kas
apakah terefleksi dalam harga saham. Terbukti
bahwa kinerja laba yang berasal dari komponen
akrual sebagai aktifitas earnings management
memiliki persistensi yang lebih rendah dibanding
aliran kas. Laba yang dilaporkan lebih besar dari
aliran kas operasi yang dapat meningkatkan nilai
perusahaan saat ini
Hipotesis 1: Earnings management berpengaruh
positif terhadap Nilai perusahaan.
Corporate Governance dan Nilai Perusahaan
Dalam perspektif teori agensi, agen yang risk
adverse dan cenderung mementingkan dirinya
sendiri akan mengalokasikan resources dari
investasi yang tidak meningkatkan nilai perusahaan
ke alternatif investasi yang lebih
menguntungkan. Permasalahan agensi akan
mengindikasikan bahwa nilai perusahaan akan
naik apabila pemilik perusahaan bisa mengendalikan
perilaku manajemen agar tidak menghamburkan
resources perusahaan, baik dalam
bentuk investasi yang tidak layak maupun dalam
bentuk shirking. Corporate governance merupakan
suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan
perusahaan yang diharapkan dapat memberikan
dan meningkatkan nilai perusahaan kepada para
pemegang saham. Dengan demikian, penerapan
good corporate governance dipercaya dapat
meningkatkan nilai perusahaan.
Silveira dan Barros (2006) meneliti pengaruh
kualitas corporate governance terhadap nilai pasar
atas 154 perusahaan Brazil yang terdaftar di
bursa efek pada tahun 2002. Mereka membuat
suatu governance index sebagai ukuran atas
kualitas corporate governance. Sedangkan ukuran
untuk market value perusahaan adalah dengan
menggunakan dua variabel yaitu Tobin’s Q dan
PBV. Temuan yang diperoleh menunjukkan
adanya pengaruh kualitas CG yang positif dan
signifikan terhadap nilai pasar perusahaan
Black, Jang, and Kim (2005) membuktikan
bahwa corporate governance index secara keseluruhan
merupakan hal penting dan menjadi
salah satu faktor penyebab yang dapat menjelaskan
nilai pasar bagi perusahaan-perusahaan
independen di Korea.
Johnson et al (2000) memberikan bukti bahwa
rendahnya kualitas corporate governace dalam
suatu negara berdampak negatif pada pasar
saham dan nilai tukar mata uang negara
bersangkutan pada masa krisis di Asia. Dengan
ukuran variabel corporate governance yang
digunakan seperti La Porta et al (1998) yang
terdiri dari judicial efficiency, corruption, rule of
law, enforceable minority shareholder rights,
antidirector rights, creditor rights dan accounting
standards, menunjukkan bahwa variabel-variabel
corporate lebih bisa menjelaskan variasi
perubahan nilai tukar mata uang dan kinerja
pasar modal, dibanding dengan variabel-variabel
makro.
Klapper dan Love (2002) menemukan adanya
hubungan positif antara corporate governance
dengan kinerja perusahaan yang diukur dengan
return on asets (ROA) dan Tobin’s Q. Penemuan
penting lainnya adalah bahwa penerapan
corporate governance di tingkat perusahaan lebih
memiliki arti dalam negara berkembang dibandingkan
dalam negara maju. Hal tersebut menunjukkan
bahwa perusahaan yang menerapkan
corporate governance yang baik akan memperoleh
manfaat yang lebih besar di negara-negara yang
lingkungan hukumnya buruk.
Hipotesis 2: praktek corporate governance berpengaruh
positif baik secara bersamasama
maupun parsial terhadap Nilai
perusahaan
Dengan alasan meningkatkan nilai perusahaan,
manajemen melakukan tindakan oportunis
dengan melakukan earnings management. Oleh
karena itu adanya praktek corporate governance di
perusahaan akan membatasi earnings management
karena adanya mekanisme pengendalian
dalam perusahaan tersebut. Praktek corporate
governance dapat diproksi dengan komisaris
independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional dan kualitas audit.

Kepemilikan Institusional

Investor institusional yang sering sebut
sebagai investor yang canggih (sophisticated)
sehingga seharusnya lebih dapat menggunakan
informasi periode sekarang dalam memprediksi
laba masa depan dibanding investor non instusional.
Balsam et al (2002) menemukan hubungan
yang negatif antar discretionary accrual yang tidak
diekspektasi dengan imbal hasil di sekitar tanggal
pengumuman karena investor institusional
mempunyai akses atas sumber informasi yang
lebih tepat waktu dan relevan yang dapat
mengetahui keberadaan pengelolaan laba lebih
cepat dan lebih mudah dibandingkan investor
individual. Hasil penelitian Jiambavo et al (1996)
menemukan bahwa nilai absolut diskresioner
berhubungan negatif dengan kepemilikan institusional.
Hasil hasil penelitian tersebut menyatakan
bahwa ada efek feedback dari kepemilikan
instusional yang dapat mengurangi pengelolaan
laba yang dilakukan perusahaan. Jika pengelolaan
laba tersebut efisien maka kepemilikan institusional
yang tinggi akan meningkatkan pengelolaan
laba tetapi jika pengelolaan laba yang
dilakukan perusahaan bersifat oportunis maka
kepemilikan institusional yang tinggi akan
mengurangi earnings management.

Kepemilikan Manajerial

Jensen dan Meckling (1976) menemukan
bahwa kepemilikan manajerial berhasil menjadi
mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan
dari manajer dengan menyelaraskan kepentingankepentingan
manajer dengan pemegang saham.
Penelitian mereka menemukan bahwa kepentingan
manajer dengan pemegang saham eksternal
dapat disatukan jika kepemilikan saham oleh
manajer diperbesar sehingga manajer tidak akan
memanipulasi laba untuk kepentingannya. Dalam
kepemilikan saham yang rendah, maka insentif
terhadap kemungkinan terjadinya perilaku
oportunistik manajer akan meningkat (Shleifer
dan Vishny 1986). Watfield et al (1995) dalam
penelitiannya yang menguji kepemilikan manajerial
dengan discretionary accrual dan kandungan
informasi laba menemukan bukti bahwa kepemilikan
manajerial berhubungan dengan negatif
dengan discretionary accrual. Demikian halnya
penelitian oleh Midiastuty dan Machfoedz (2003)
menyatakan bahwa kepemilikan manajerial
merupakan salah satu mekanisme yang dapat
membatasi perilaku oprtunistik manajer dalam
bentuk earnings management, walaupun Wedari
(2004) menyimpulkan bahwa kepemilikan manajerial
juga memiliki motif lain. Dalam penelitian
ini mengacu pada teori yang ada yang menyatakan
kepemilikan manajerial dapat berfungsi
sebagai mekanisme corporate governanace sehingga
dapat mengurangi tindakan manajer dalam
memanipulasi laba. Hal ini berarti kepemilikan
manajerial berhubungan negatif dengan earnings
management.

Kualitas Audit

Teoh dan Wong (1993) berargumen bahwa
kualitas audit berhubungan positif dengan
kualitas earnings yang diukur dengan Earnings
Response Coeficient (ERC). Karena pada saat
penelitian ini Big six telah berubah menjadi big
four, juga diduga bahwa klien dari auditor non big
four cenderung lebih tinggi dalam melakukan
earnings management. Hal ini berarti kualitas
audit berhubungan negatif dengan earnings
management. Walaupun demikian untuk kasus
Indonesia sebagaimana penelitian yang dilakukan
Siregar dan Utama (2006) tidak menemukan
pengaruh yang signifikan dengan earnings
management yang dilakukan perusahaan.

Komisaris Independen

Klein (2002a) dalam penelitiannya membuktikan
bahwa besarnya discretionary accrual lebih
tinggi untuk perusahaan yang memiliki komite
audit yang terdiri dari sedikit komisaris independen
dibanding perusahaan yang mempunyai
komite audit yang terdiri banyak komisaris
independen. Hal ini mendukung penelitian
Dechow et al (1996) bahwa perusahaan memanipulasi
laba lebih besar kemungkinannya apabila
memiliki dewan komisaris yang didominasi oleh
manajemen dan lebih besar kemungkinannya
memiliki Chief Executive Officer (CEO) yang
merangkap menjadi chairman of board. Hal ini
berarti tindakan memanipulasi akan berkurang
jika struktur dewan direksi berasal dari luar
perusahaan. Jika fungsi independensi dewan
direksi cenderung lemah, maka ada kecendrungan
terjadinya moral hazard yang dilakukan oleh para
direktur perusahaan untuk kepentingannya melalui
pemilikan perkiraan-perkiraan akrual yang
berdampak pada manajemen laba dan konsisten
dengan Wedari (2004) yang menyimpulkan bahwa
komisaris independen berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap discretionary accruals.
Perusahaan yang menyelenggarakan sistem
corporate governance diyakini akan membatasi
pengelolaan laba yang oportunis. Oleh sebab itu,
semakin tinggi kualitas audit, semakin tinggi
proporsi komisaris independen, kepemilikan
manajerial, semakin kecil kemungkinan earnings
management dilakukan. Hubungan negatif antara
corporate governanace dan earnings management
ini dapat memperlemah pengaruh antara earnings
management dan nilai perusahaan
Hipotesis 3 : Pengaruh earnings management terhadap
nilai perusahaan diperlemah
dengan adanya praktek corporate
governance

METODE PENELITIAN

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan metode random sampling. Dalam
pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
random sampling dengan kriteria sebagai
berikut: 1) Perusahaan non keuangan yang
telah listing di Bursa Efek Jakarta tahun 2004,
2005, dan 2006, 2) perusahaan yang menerbitkan
laporan tahunan (annual report) yang berakhir
pada tanggal 31 Desember selama periode
pengamatan 2004, 2005, dan 2006. Proses
pengambilan dilakukan secara random, 3) perusahaan
yang memiliki data mengenai komisaris
independen, Kepemilikan Institusional, kepemilikan
manajerial dan auditor.
Data yang digunakan dalam penelitian ini
data sekunder yaitu laporan keuangan yang
diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal Bursa
Efek Indonesia. Laporan keuangan tahunan
diterbitkan perusahaan-perusahaan yang terdaftar
di BEJ, Indonesian Capital Market Directory
(ICMD), JSX Statistics, Fact Book dan Daftar
Kurs Efek (DKE).
Earnings management diproksi dengan
discretionary accrual dengan menggunakan model
Jones yang dimodifikasi (Dechow et al 1995)
TAC = NIit – CFOit (1)
Nilai total akrual (TA) diestimasi dengan
persamaan regresi OLS sebagai berikut:
TAit/Ait-1 = β1 (1/Ait-1 ) + β2 (Δ Revit/Ait-1 ) + β3
(PPEit/Ait-1 ) + e (2)
Dengan menggunakan koefisien regresi diatas
nilai non discretionary accruals (NDA) dapat
dihitung dengan rumus :
NDAit = β1(1/Ait-1 ) + β2(ΔRevit/Ait-1-ΔRecit/Ait-1) +
β3(PPEit/Ait-1) + e (3)
DAit = TAit /Ait-1 – NDAit-1 (4)
Corporate governance merupakan seperangkat
peraturan yang menetapkan hubungan antara
pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, karyawan
serta pemegang kepentingan internal dan
eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak
dan kewajiban mereka atau sistem yang
mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.
Yang termasuk dalam corporate governance
diproksi dengan komisaris independen, kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional dan
kualitas audit. Komisaris independen yang
memiliki sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh
persen) dari jumlah seluruh anggota komisaris,
berarti telah memenuhi pedoman good corporate
governance guna menjaga independensi,
pengambilan keputusan yang efektif, tepat, dan
cepat.
Adanya kepemilikan institusional dapat memantau
secara profesional perkembangan investasi
karena tingkat pengendalian terhadap manajemen
sangat tinggi sehingga potensi kecurangan
dapat ditekan.
Kepemilikan manajerial adalah besarnya
jumlah saham yang dimiliki manajemen dari total
saham yang beredar. Kepemilikan saham yang
besar dari segi nilai ekonomisnya memiliki insentif
menyelaraskan kepentingan dengan principles.
Untuk mengukur kualitas audit digunakan
ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP). Jika
perusahaan diaudit oleh KAP besar pada saat
penelitian ini yaitu KAP big four maka kualitas
auditnya tinggi dan jika diaudit oleh KAP non big
four (KAP kecil) maka kualitas auditnya rendah.
Banyak penelitian menemukan kualitas audit
berkorelasi positif dengan kredibilitas auditor dan
berkorelasi negatif dengan kesalahan laporan
keuangan. Laporan keuangan yang berkualitas
merupakan salah satu elemen penting dari
corporate governance.
Nilai perusahaan merupakan variabel dependen
yang diukur dengan menggunakan Tobin’s Q
yang dihitung dengan menggunakan rumus:
MVE + D
Q ________________
BVE + D
Di mana:
Q = Nilai perusahaan
MVE = Nilai pasar ekuitas (Equity Market Value)
D = Nilai buku dari total hutang
BVE = Nilai buku dari ekuitas (Equity Book
Value)
Market Value Equity (MVE) diperoleh dari
hasil perkalian harga saham dan penutupan
(closing price) akhir tahun dengan jumlah saham
yang beredar pada akhir tahun. BVE diperoleh
dari selisih total asset perusahaan dengan total
kewajibannya.
Ukuran perusahaan diukur dari natural
logaritma nilai pasar ekuitas perusahaan pada
akhir, yaitu jumlah saham beredar pada akhir
tahun dikalikan dengan harga pasar saham akhir
tahun.
Metode analisis yang digunakan adalah
metode regresi berganda. Dalam melakukan analisi
regresi berganda, terlebih dahulu dilakukan
pengujian asumsi klasik (asumsi heteroskedasitas
dan otokorelasi, multikolinearitas antar variabel
independen) agar memenuhi sifat estimasi regresi
bersifat BLUES (Best Linear Unbiased Estimator).
Berdasarkan pengembangan hipotesis diatas
maka dapat diterapkan model regresi berganda
sebagai berikut:
Qit = α0 + α1 EMit+α2 UPit Model 1
Qit = α0 + α1 KomIndit + + α2 KepManit + α3 KAit +
α4 KepInstit + α5 UPit Model 2
Qit = α0 + α1 EMit +α2 KomIndit + α3 KepManit +
α4KAit+ α5 KepInsit+ α6 EM*KomIndit + α7
EM*KepManit + α8 EMit*KAit+ α9 EMit*
KepInsit +α10 UPit . Model 3
EM = Earnings management diproksi
dengan akrual abnormal (DA).
KomInd = Persentase komisaris independen dibanding
total dewan komisaris yang
ada
KepMan = Kepemilikan manajerial = dummy
variable dengan nilai 1 jika ada
kepemilikan manajerial dan 0 sebaliknya
KA = Kualitas audit = dummy variable
dengan nilai 1 jika diaudit oleh KAP
Big 4 dan 0 sebaliknya
KepIns = Kepemilikan institusional = berapa
besar presentase Kepemilikan Institusional
dalam struktur saham perusahaan
Q = Tobin’s Q = proksi dari nilai perusahaan
UP = Ukuran perusahaan diproksi dengan
log natural nilai pasar ekuitas
perusahaan pada akhir tahun, yaitu
jumlah saham beredar pada akhir
tahun dikalikan denga harga pasar
saham akhir tahun.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Rata-rata earnings management adalah -0.013
005 dan standar deviasi 0.2404 yang berarti ratarata
perusahaan dalam sampel penelitian
cenderung melakukan strategi decreasing income.
Nilai Tobin’s Q rata-rata sebesar 1.423 dengan
standar deviasi 0.776. Komisaris independen yang
dibentuk oleh perusahaan telah memenuhi persyaratan
independesi. Rata-rata komisaris independen
adalah 37.917% dan standar deviasi
0.1127 yang berarti komisaris independen yang
dibentuk oleh perusahaan telah memenuhi
persyaratan independesi. Ukuran independensi
tersebut dilihat dari sudut pandang peraturan
yaitu minimal jumlah komisaris independen
sebesar 30% dari jumlah dewan komisaris. Ratarata
kepemilikan Institusional 22.83% dengan
standar deviasi 32.38%. Proporsi audit oleh big
four dalam sampel penelitian sebesar 60.4% dan
non big four sebesar 39.6%. Rata-rata ukuran
perusahaan 26.98 dengan standar deviasi 1.944.
Proporsi perusahaan yang memiliki kepemilikan
manajerial dalam sampel penelitian hanya sebesar
11.5% dan yang tidak memiliki kepemilikan
manajerial sebesar 88.5%. Rata-rata ukuran perusahaan
26.98 dengan standar deviasi 1.944.

Pengujian alat statistik regresi berganda
mensyaratkan dilakukannya pengujian asumsi
klasik. Pada model 1 dan model 2 telah lolos uji
asumsi klasik, tetapi untuk model 3 terdapat
masalah multikolinearitas. Multikolinearitas
dalam model regresi tersebut dapat diabaikan
karena korelasi antar variable independen
tersebut terjadi disebabkan oleh interaksi antar
variabel independennya. Juga terdapat masalah
autokorelasi karena Nilai Durbin Watson untuk
model regresi 3 dengan adanya variabel moderating
senilai 2.418. berada pada daerah tanpa
keputusan. Uji heteroskedasitas dilakukan dengan
menggunakan Uji White. Hasil dari ketiga model
regresi, variabel-variabel independen selain
kualitas audit tidak mengalami masalah
heteroskedasitas. Kualitas audit mengalami masalah
heteroskedasitas karena umumnya perusahaan
masih menggunakan kantor akuntan
publik yang sama dengan KAP tahun sebelumnya
selama belum batas melewati 5 tahun.
Hasil pengujian model pertama menunjukkan
bahwa variabel earnings management variabel
kontrol ukuran perusahaan yang secara statistik
signifikan. earnings management berpengaruh
secara negatif terhadap nilai perusahaan artinya
penggunaan earnings management akan menurunkan
nilai perusahaan yang bertentangan
dengan hipotesa dapat di lihat pada tabel 1.
Perusahaan dalam sampel penelitian ini menggunakan
earnings management bukan sebagai
strateginya meningkatkan nilai perusahaan.
Pada pengujian model regresi kedua, kepemilikan
manajerial dan kualitas audit berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan.
Dengan demikian dari empat variabel praktek
corporate governance, hanya dua variabel yang
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan
dengan arah yang berbeda. Kepemilikan manajerial
berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan
sedangkan kualitas audit berpengaruh positif.

Hasil penelitian ini menyatakan adanya kepemilikan
manajerial akan menurunkan nilai
perusahaan dimungkinkan karena belum banyak
manajemen perusahaan di Indonesia (khususnya
perusahaan dalam sampel) memiliki saham
perusahaan yang dikelolanya dengan jumlah yang
cukup signifikan. Hal ini berlawanan dengan
hipotesa bahwa adanya kepemilikan manajerial
akan meningkatkan nilai perusahaan sebagaimana
hasil penelitian Ross et al (1999) dalam
Tarjo (2002) bahwa semakin besar proporsi
kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka
manajemen cenderung berusaha lebih giat untuk
kepentingan pemegang saham yang juga termasuk
dirinya. Kualitas audit yang berpengaruh
secara positif terhadap nilai perusahaan artinya
nilai perusahaan akan meningkat jika diaudit oleh
auditor yang berasal dari KAP big four. Hal ini
mendukung hipotesa yang berarti mekanisme
fungsi pengawasan dan kontrak yang bertujuan
untuk mengatasi terjadinya konflik kepentingan
antara agen dan principal melalui audit atas
laporan keuangan agar tingkat kepercayaan pihak
eksternal perusahaaan (salah satunya principal)
terhadap pertanggungjawaban semakin tinggi
dapat dilakukan melalui penggunaan jasa pihak
ketiga (auditor) yang berasal dari KAP dengan
berkualitas (KAP big four). Tingkat kepercayaan
pihak pemakai informasi keuangan yang diaudit
terutama pihak ekternal perusahaan tersebut
dipengaruhi oleh kualitas audit dari auditor.
Sebagaimana hasil penelitian Piot (2001), Teoh
dan Wong (1993), Jang dan Lin (1993) bahwa
pengguna laporan keuangan lebih percaya pada
hasil audit dari auditor yang berkualitas. Ukuran
perusahaan memiliki pengaruh yang positif
terhadap nilai perusahaan, menunjukkan semakin
besar perusahaan semakin besar tingkat nilai
perusahaannya.
Hasil pengujian model ketiga menghasilkan
koefisien yang lebih konsisten dengan hipotesa.
Variabel earnings management berpengaruh
secara positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan. Dua dari variabel praktek corporate
governance berpengaruh secara signifikan dengan
arah yang berbeda, dimana Kepemilikan Institusional
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
sedangkan komisaris independen berpengaruh
negatif. Penelitian ini membuktikan
praktek corporate governance sebagai moderating
variabel atas hubungan earning management
terhadap nilai perusahaan. Koefisien earning
management yang positif diperlemah dengan
adanya audit oleh big four dan komisaris
independen sebagai variabel pemoderasi hubungan
earnings management dan nilai perusahaan.
Kualitas audit sebagai variabel moderating sesuai
dengan yang diprediksi teori bahwa digunakannya
KAP big four akan dapat mengurangi aktifitas
manajemen laba demikian halnya komisaris
independen, sesuai dengan yang diprediksi semakin
besar proporsi komisaris independen dapat
mengurangi aktivitas manajemen laba. Walaupun
demikian, tidak sepenuhnya praktek corporate
governance dapat memperlemah hubungan keduanya
karena kepemilikan institusional justru secara
signifikan memperkuat dan kepemilikan manajerial
juga memperkuat hubungan tersebut walaupun
tidak signifikan. Semakin besar kepemilikan
institusional, semakin mendorong manajemen
untuk melakukan earnings management yang
bertentangan dengan harapan fungsi dari praktek
corporate governance.
Angka adjusted R square untuk model regresi
3 seperti yang disajikan dalam tabel 2 adalah
sebesar 0.452 lebih besar dibandingkan dengan
model 1 (0.183) dan model 2 (0.23) menunjukkan
model 3 dengan menggunakan moderating variabel
lebih bagus menjelaskan variasi nilai perusahaan.
Dari uji ANOVA atau F test, F hitung untuk
ketika model tersebut menghasilkan tingkat
signifikansi sebesar 0.000. Karena probabilitasnya
(0.000) jauh lebih kecil dari 0.05, maka model
regresi bisa dipakai untuk memprediksi nilai
perusahaan atau bisa dikatakan bahwa variabel
independen yang digunakan oleh masing-masing
model regresi tersebut secara bersama-sama
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian dengan tiga
model regresi ditemukan: 1) earnings management
berpengaruh secara signifikan terhadap nilai
perusahaan. Besarannya negatif dalam model
regresi tanpa memasukkan variabel corporate
governance, sebaliknya koefisien earnings berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan dalam
model regresi yang mempertimbangkan variabel
praktek corporate governance, 2) variabel corporate
governance yang mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap nilai perusahaan bervariasi
tergantung model regresinya. Untuk model regresi
yang menggunakan moderating variabel, komisaris
independen dan kepemilikan institusional
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
nilai perusahaan, sedangkan model regresi tanpa
moderating variable, kualitas audit dan kepemilikan
manajerial memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap nilai perusahaan. Kepemilikan
manajerial akan menurunkan nilai perusahaan
sedangkan kualitas audit akan meningkatkan
nilai perusahaan sehingga hasil pengujian ini
tidak sepenuhnya konsisten dengan prediksi yang
diharapkan, 3) penelitian ini juga membuktikan
bahwa komisaris independen, Kualitas audit dan
kepemilikan institusional merupakan variabel
pemoderasi antara earnings management dan nilai
perusahaan, sedangkan kepemilikan manajerial
bukan merupakan variabel pemoderasi, 4)
earnings management dapat diminimumkan
dengan mekanisme monitoring oleh; (1) komisaris
independen dapat memonitor manajemen dalam
rangka menyelaraskan perbedaan kepentingan
pemilik dan manajemen (2) kualitas audit dengan
peran auditor menjadi pihak yang dapat memberi-
kan kepastian terhadap integritas angka-angka
akuntansi yang dilaporkan manajemen. Tetapi
kepemilikan saham institusional yang merupakan
sophisticated investor yang juga dapat memonitor
manajemen yang berdampak mengurangi motivasi
manajemen untuk melakukan earnings management
justru memperkuat hubungan earnings
management dan nilai perusahaan. Kepemilikan
manajerial bukan sebagai variabel pemoderasi
membuktikan bahwa perannya belum siginifikan
dalam meminimalisir tindakan manajemen dalam
memanipulasi laba, 5) ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap nilai perusahaan di setiap
model regresi yang dilakukan. Artinya semakin
besar perusahaan semakin besar nilai perusahaan.
Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini
antara lain: 1) data corporate governance yang
digunakan pada tahun yang sama dengan nilai
perusahaan, sehingga mungkin belum dirasakan
efek dari praktek corporate governance dalam
waktu singkat terhadap nilai perusahaan, 2)
adanya masalah heteroskedasitas pada data
kualitas audit, karena memang dalam kenyataan
sebagian perusahaan menggunakan KAP yuang
sama dengan tahun sebelumnya selama belum
sampai 5 tahun periode audit, 3) ada masalah
kurang teratasinya multikorelasi pada model
regresi 3 dengan variabel moderating, maka hasil
penelitian ini kurang sempurna, 4) pemilihan
tahun penelitian yaitu 2004-2006 dan jumlah
sampel yang hanya 96 perusahaan dalam 3 tahun.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Irfan. (2002). ”Pelaporan Keuangan dan Asimetri
Informasi dalam Hubungan Agensi”.
Lintasan Ekonomi Vol XIX. No 2 Juli 2002.
Barnhart, Scott & Rosentein, Stuart. (1998) “Board
Composition, Managerial Ownership and
Firm Performance : An Empirical Analysis”.
The Financial Review; November 1998, p.
33-34.
Balsam, S., E. Bartov and C. Marquardt. (2002).
“Accrual Management, Investor Sophisticated,
and Equity Valuation: Evidence from
10-Q Fillings”. Journal of Accounting Research
Vol. 40 No.4, p. 987-1012.
Black, Bernard S.; H. Jang dan W Kim. (2003).
“Does Corporate Governance affect Firm
Value? Evidence from Korea”. http://papers.
ssrn.com
Darmawati, Deni dkk. (2004). “Hubungan Corporate
Governance Dan Kinerja perusahaan”.
Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar,
2-3 Desember 2004.
Dechow, P. (1995). “Accounting Earnings and Cash
flow as Measures of Firm Performance: The
Role of Accounting Accruals.” Journal of
Accounting and Economics 18: p. 2-42.
Dechow, P., R.G. Sloan, and A.P. Sweeney (1996).
“Causes and Consequences of Earnings
Manipulation: An Analysis of Firms Subject
to Enforcement Actions by SEC”. Contemporary
Accounting Research Vol. 13 No.1,
p.1-36.
Fischer, Marly dan Kenneth Rozenzweigg (1995).
“Attitude of Student Practitiones Concerting
the Ethical Acceptability of Earnings Management”,
Journal of Business Ethic 14 ; 433-
444.
Gabrielsen, Gorm, Jeffrey D. Gramlich dan Thomas
Plenborg. (1997). “Managerial Ownership,
Information Content of Earnings, and
Discretionary Accruals in a Non US Setting”.
Jurnal of Bussiness Finance and Accounting,
Vol 29. No. 7 &8. September/Oktober, p. 967-
988.
Heally, P.M and Wahlen, J.M. (1999). “A Review of
The Earnings Management Literature and
its Implication for Standard Setting”,
Accounting Horizon (December), p 365-383
Jehsen, Michael C. & W.H. Meckling. (1976).
“Theory of the Firm: Managerial Behavior,
Agency Cost and Ownership Structure”.
Journal of Financial Economics 3. p. 305-
360.
Johnson, Simon; P. Boone; A. Breach; dan E.
Friedman. (2000). “Corporate Governance in
Asian Financial Crisis”. Journal of Financial
Economics, 58. hal. 141-186.
Jiambavo, J. (1996). “Discussion of Causes and
Consequenses of Earnings Manipulation”.
Contemporary Accounting Research. Vol 13.
Spring, p 37-47.
Klapper, Leora. F. & I. Love. (2002). “Corporate
Governance, Investor Protection and Performance
in Emerging Market”. World Bank
Working Paper. http:// ssrn. com.
Klein, A (2002a). “Audit Committee, Board of
Directors characteristic and Earning management”.
Journal of Accounting and Economics
33, p. 375-400.
Mayangsari, Sekar. (2003). “Analisis Pengaruh
Independensi, Kualitas Audit, serta Mekanisme
Corporate Governance Terhadap Integritas
Laporan Keuangan”. Simposium
Nasional Akuntansi VI, p 1255-1267.
JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 10, NO. 2, NOVEMBER 2008: 97-108
108
Morck, R. And A. Shleifer, and R.W. Vishny (1988),
“Management Ownership and Market
Valuation: An Empirical Analysis”. Journal
of Financial Economics, 20, p. 293-315.
Pratana Puspa Midiastuty dan Mas’ud Machfoed
(2003). “Analisa Hubungan Mekanisme
Corporate Governanace dan Indikasi Manajemen
Laba.” Simposium Nasional Akuntansi
VI. IAI, 2003.
Scott, William R. (2006). Financial Acconting
theory”. 4th Edition. Canada Inc : Pearson
Education.
Silveira and Barros (2006). “Corporate Governance
Quality and Firm Value in Brazil”. http:
//papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_i
d=923310
Sloan, Richard G. (1996). “Do Stock fully Reflect
Information in Accrual and Cash Flow
About Future Earning”, Accounting Review,
p. 289-315.
Shleifer, A dan R.W. Vishny (1997). “A Survey of
Corporate Governance”. Journal of Finance.
Vol 52. No.2 Juni. p. 737-783.
Siregar, Sylvia Veronica N.P & Bachtiar, Yanivi S.
(2004). “Good Corporate Governance, Information
Asymmetry, and Earnings Management”,
Simposium Nasional Akuntansi VII.
Denpasar-Bali, hal. 57-69.
Siregar, Sylvia. Veronica N.P, dan Utama, Siddharta.
(2006) ”Pengaruh Struktur Kepemilikan,
Ukuran Perusahaan, dan Praktek
Corporate Governance terhadap Pengelolaan
Laba (Earnings Management)”, Journal
Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 9 No.3.
hal. 307-326
Tarjo, 2002. “Analisa Free Cash Flow dan Kepemilikan
Manajerial terhadap Kebijakan
Hutang pada Perusahaan Mempublik di
Indonesia”. Tesis S2 Program Pasca sarjana
UGM, Yogyakarta.
Teoh, Siew Hong dan T,J, Wong, 1993. “Perceived
Auditor Quality and the Earnings ResponseCoefficient”.
The Accounting Review. p.
346-366.
Utama, Siddharta (2003). “Corporate Governance,
Disclosure and its Evidence in Indonesia”.
Usahawan No.04 th XXXII. hal. 28-32
Watts R. and J.L. Zimmerman (1986). Positive
Accounting Theory. New York: Prentice Hall.
Watfield, Terry D., J.J. Wild dan K.L Wild (1995).
“Managerial Ownership, Accounting Choices,
and Informativesness of Earning”. Journal
of Accounting and Economics 20, hal. 61-91.
Wedari, L.K. (2004). “Analisis Pengaruh Dewan
Komisaris dan Keberadaan Komite Audit
Terhadap Aktivitas Manajemen Laba”.
Makalah SNA VII. Denpasar, hal. 963-974.

Older Posts »

Categories